Prinsip Utama Tahir dalam Bisnis Perbankan: Kepercayaan Nomor Satu!
Tahir menuturkan, aturan main dalam bisnis perbankan sendiri adalah kepercayaan. Menurutnya, perbankan tidak hanya menyangkut bisnis jual-beli keuangan. Dikatakan Tahir, kepercayaan adakah aturan nomor satu seorang bankir. Sebagai pemilik bank, ia pun harus membangun jaminan kepercayaan kepada para nasabah banknya.
“Dalam bisnis perbankan itu harus ada kepercayaan yang kokoh. Saya harus memberikan para nasabah itu kepercayaan. Orang harus memiliki kepercayaan menaruh uangnya di bank saya. Begitu pula mereka juga harus percaya ketika meminjam uang dari bank saya,” tukas Tahir.
Tahir bilang, banyak orang yang mengibaratkan kepercayaan itu dengan sebidang sawah. Jika kita berkali-kali gagal memenuhi janji, maka banyak sekali sawah kita yang akan hilang.
Menurutnya juga, tak sedikit orang yang juga bilang jika kuantitas kepercayaan diibaratkan seperti sawah. Jika kita selalu memenuhi janji, maka semakin banyak pula sebidang sawah yang akan ditambahkan.
Namun, Tahir sendiri mengatakan jika ia kurang setuju dengan metafora kepercayaan seperti orang-orang tersebut. Menurutnya, dalam konteks perbankan ini, hakikatnya kepercayaan itu seperti balon. Kita bisa meledakkannya dengan paksa agar menjadi lebih besar dan lebih keras. Namun, begitu kita gagal memenuhi janji, sekecil apapun skalanya, maka balon itu seperti jarum yang menusuk balon.
“Balon itu akan mengempis, tidak akan lagi bulat dan padat. Itulah sisi kejam perbankan, kita tidak akan mampu membuat kesalahan sekecil apapun. Apapun harus kita lakukan jika kita ingin menjaga kepercayaan,” tutur Tahir.
“Dalam dunia perbankan, jika kita tidak menepati janji, katakanlah sebesar Rp 10 juta, maka kita akan kehilangan kepercayaan sebesar Rp 1 triliun. Tidak akan ada lagi orang yang mempercayai kita. Jadi, kepercayaan merupakan unsur penting dalam perbankan. Jika hilang, maka seluruh bisnis akan hancur,” tegas Tahir.
Baca Juga: Filosofi Kehidupan Dato Sri Tahir: Bangun Kekuatan dari Dalam Diri Sendiri, Berjuanglah untuk Itu!
Lebih lanjut, Tahir mengatakan jika kepercayaan harus dijaga dan ditanamkan oleh seluruh pemilik bank dan manajer bank tersebut. Nilai-nilai baik, kualitas pribadi, reputasi yang baik pun harus terus dijaga agar masyarakat percaya pada suatu bank.
Kepercayaan itu pun harus dimasukkan ke dalam sistem kehidupan berbagai elemen. Tahir pun sepenuhnya yakin bahwa ia bisa menjadi orang seperti itu karena ia telah menjalankan bisnis selama puluhan tahun lamanya.
“Selama menjalankan bisnis puluhan tahun, saya selalu berpegang teguh pada komitmen untuk melakukan yang terbaik yang saya bisa. Saya tidak pernah mengacaukan hidup, bahkan saat menikmati kesuksesan di bisnis otomotif saya selalu menjadi pria dengan kehidupan yang membosankan,” terang Tahir.
Tahir juga menuturkan, sebagai pemilik bank dirinya pun dituntut harus menjaga nama baiknya sendiri dengan selalu menunjukkan perilaku yang baik. Menurutnya, hal ini erat kaitannya dengan kepercayaan. Namun kata dia, persyaratan seperti ini tidak selalu wajib bagi para pengusaha di bidang lain.
“Misalnya, saya mengelola pabrik petrokimia besar yang bernilai ratusan triliun, suatu hari saya ketahuan bersikap kasar dan berkelahi dengan seseorang. Apa hal itu akan mempengaruhi bisnis saya? Belum tentu. Bahkan bisa jadi tidak berdampak apa-apa. Yang paling parah mungkin nama baik saya tercoreng, tapi bisnis saya akan berjalan seperti biasa,” jelas Tahir.
Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi seorang bankir. Tahir bilang, jika dia yang notabene dikenal sebagai bankir, lalu dia kedapatan berjudi, mabuk-mabukan, main perempuan ataupun hal buruk lainnya seperti mengonsumsi narkoba, maka jelas hal itu secara otomatis akan membuat banknya hancur seketika.
“Jika saya melakukan hal buruk itu, apakah Mayapada akan selamat? Tidak. Bank saya akan bangkrut. Buruknya reputasi seorang pemilik bank tentu akan mempengaruhi kepercayaan nasabah. Jika pemilik banknya hidupnya kacau, ia tak akan mampu mengelola bank dengan baik,” tegas Tahir.
Oleh karena itu, lanjut Tahir, seorang bankir tidak hanya dituntut untuk menguasai sistem dan teknik perbankan saja. Lebih dari itu, kata dia, seorang bankir seperti dirinya dituntut untuk memiliki pengendalian diri.
“Itu yang jauh lebih penting, Masyarakat tentu ingin tahu siapa Tahir sebelum mereka menitipkan uangnya di Bank Mayapada, kan,” ujar Tahir.
Kemudian, Tahir pun mengatakan jika banyak bukti yang menunjukkan bahwa bank-bank kolaps bukan karena manajemennya, melainkan karena reputasi pemiliknya yang mengecewakan. Menurutnya, pada kenyataannya, pemilik bank yang memiliki reputasi buruk pada akhirnya melakukan kesalahan dalam menjalankan banknya sendiri. Contohnya, kata dia, adalah penyalahgunaan dana nasabah.
“Perilaku yang tidak baik seperti itu merupakan indikasi orang tidak dapat dipercaya. Lain halnya dengan Citibank yang kepemilikannya sudah diketahui masyarakat. Orang Indonesia masih feodalistik. Banyak orang yang masih konservatif. Mereka tidak mudah mempercayai bank yang pemiliknya memiliki reputasi buruk,” tandas Tahir.
Nah Growthmates, kini bisnis yang dibangun Tahir pun kian maju pesat dan menyasar berbagai lini dan membuatnya kini menjadi salah satu pengusaha Indonesia yang luar biasa. Ia bahkan menjadi salah satu jajaran orang terkaya di Indonesia nomor 7 versi Forbes per awal Oktober 2024 ini, hartanya mencapai US$5,9 miliar atau setara dengan Rp89,6 triliun.
Pengalaman kegagalan dan perjuangan Tahir di masa lalu membuktikan bahwa segala usaha keras yang dilakukan tak pernah sia-sia. Karena pengalaman hidup masa kecilnya dulu yang kekurangan menjadikannya Tahir tak hanya sebagai pengusaha, tapi juga seorang dermawan yang seringkali memberikan berbagai bantuan kemanusiaan.
Baca Juga: Mengulik Kisah Dato Sri Tahir saat Memulai Bisnis Impor