Presiden RI Prabowo Subianto berbicara blak-blakan mengenai alasan yang bikin dirinya ngotot menggencarkan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang sekarang ini menjadi salah satu program prioritasnya. 

Prabowo mengatakan, ide MBG itu tercetus ketika ia dengan mata kepalanya sendiri menyaksikan anak-anak yang terhambat masa pertumbuhannya karena kekurangan asupan gizi dan nutrisi, pemandangan itu menggetarkan hati Prabowo. Anak-anak itu kata dia menderita stunting dan malnutrisi.

Baca Juga: Forbes Global CEO Conference 2025: Prabowo Optimistis Bisa Capai Pertumbuhan PDB 8% dari Upaya Genjot Konsumsi Domestik

Keberadaan anak stunting dan malnutrisi menjadi pemandangan yang lazim ia temukan ketika dirinya blusukan ke berbagai daerah di Indonesia pada masa kampanye Pilpres 2024 lalu. Baginya kondisi seperti ini tak bisa didiamkan, anak harus dinutrisi dengan gizi secukupnya supaya kelak mereka dapat tumbuh menjadi generasi unggul demi masa depan bangsa. 

“Saat saya berkeliling, saya melihat anak-anak kecil melambaikan tangan. Saya kira mereka berusia 4 tahun karena tubuhnya kecil, ternyata sudah 10 tahun. Ada juga anak perempuan yang saya kira 5 tahun, ternyata 11 tahun. Saya terkejut karena melihat langsung stunting dan malanutrisi,” kata Prabowo dilansir Kamis (16/10/2025). 

Prabowo melanjutkan,setelah menyaksikan kenyataan itu, dia bahkan berjanji kepada  dirinya sendiri untuk memperbaiki kondisi anak-anak  yang memprihatinkan itu, makanya setelah terpilih menjadi Presiden dirinya langsung mengebut MBG, tak peduli  berapa anggaran yang mesti digelontorkan pemerintah. 

Kini MBG sudah terealisasi di sebagian besar wilayah Indonesia, jumlah penerima manfaatnya terus bertambah setiap waktu. Prabowo bilang, saat ini MBG telah menyasar 35,4 juta jiwa. Jumlah tersebut setara hampir tujuh kali populasi Singapura.Menurutnya, saat itu ada 77 negara yang sudah memiliki program makan gratis.

Baca Juga: Tak Harus WNI, Prabowo Izinkan WNA Jadi Bos di BUMN

 “Lalu saya katakan, Indonesia harus ada di daftar itu, menjadi negara ke-78 atau ke-79. Sulit bagi kalangan elite memahami bahwa masih ada anak-anak yang makan nasi hanya dengan garam," tuntasnya.