Presiden Direktur MNC Asia Holding, Hary Tanoesoedibjo, mengisahkan pengalaman dirinya dikeluarkan dari sekolah semasa duduk di bangku SMA kelas tiga. Ia mengatakan, harus dropout karena semasa SMA dirinya sangat pemalas.
Hary Tanoesoedibjo menjelaskan, titik balik dan kebangkitan dalam hidupnya tak terlepas dari dukungan sang ibu. Ia pun bertekad menjadi sosok anak rajin seraya mengambil program ujian kesetaraan paket C. Setelah lulus dengan ijazah paket C tersebut, ia berikhtiar untuk menjadi orang lebih baik.
Meskipun mengubah karakter sangat sulit, ia mampu melakukan hal tersebut. Kini HT telah sukses menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu gelar S1 dan S2 dengan dukungan beasiswa. Bahkan, ia pernah mendapat apresiasi sebagai lulusan terbaik.
Perjalanan Pendidikan Hary Tanoesoedibjo
Pada tahun 1983, saat masih duduk di bangku SMA kelas 3, Hary Tanoesoedibjo mengalami fase sulit dan memutuskan untuk keluar dari sekolah. Baru beberapa bulan memasuki tahun ajaran baru, ia drop out akibat rasa malas yang mendalam. “Malesnya luar biasa,” kenangnya.
Baca Juga: Kisah Ciputra: Memenangkan Pertarungan Melawan Diri Sendiri
“Saya dulu itu anak drop out, baru tahu kan, saya anak drop out. Tahun 1983 saya drop out, waktu SMA kelas 3 yang baru saya jalani berapa bulan tuh? Bulan Oktober saya drop out, 1983. Jadi baru berjalan ya 2-3 bulan, drop out,” ujar Hary Tanoesoedibjo dikutip Olenka, Minggu (8/6/2025).
Namun, dorongan kuat dari ibunya menjadi titik balik yang penting. Ia memutuskan untuk kembali menempuh pendidikan, meski tidak melalui jalur formal. Ia mengikuti ujian persamaan, yang saat ini dikenal sebagai Paket C, untuk memperoleh ijazah setara SMA.
“Mungkin kalau sekarang saya pegang paket C, saya kerja, ngelamar kerjaan, mungkin ditolak saya. Karena ijazahnya SMA paket C,” ungkapnya.
Keputusan untuk kembali belajar bukan sekadar untuk mendapatkan ijazah. Ia menetapkan niat untuk berubah secara menyeluruh, dari pribadi yang pemalas menjadi seseorang yang disiplin dan tekun.
“Saya harus berubah dari anak yang pemalas menjadi anak yang rajin. Dan untuk merubah attitude dari males rajin itu susah dan luar biasa. Tapi saya mencoba disiplin dan saya pelajarin. Karena saya berikhtiar, saya kalau sudah berbalik menjadi lebih baik. Saya bukan untuk cari ijazah. Saya harus lulus dengan baik dan ngerti,” jelasnya.
Dengan usaha yang konsisten, ia berhasil menamatkan pendidikan tinggi dengan prestasi membanggakan. Ia memperoleh beasiswa untuk jenjang S1 dan S2, bahkan dinobatkan sebagai lulusan terbaik dan sempat diberitakan di media massa.