Transformasi besar RCTI di awal 2000-an tidak lepas dari tangan dingin Hary Tanoesoedibjo. Saat pertama kali mengambil alih stasiun televisi swasta terbesar di Indonesia pada tahun 2001, Hary Tanoe justru datang dengan latar belakang yang jauh dari dunia media: keuangan.

“Saat saya ambil alih RCTI, orang bilang saya tidak akan bisa, karena latar belakang saya finance. Tapi saya percaya, nothing is impossible kalau kita mau belajar,” ungkap Hary Tanoe dalam sebuah kesempatan berbagi pengalaman.

Setelah resmi menjadi direktur utama, ia menekuni seluruh proses bisnis media secara menyeluruh. Ia mempelajari rantai produksi end-to-end, mulai dari perencanaan, penjadwalan, pengelolaan genre dan program sesuai audiens, pemilihan konten antara produksi sendiri atau membeli, hingga strategi penjualan iklan.

Baca Juga: Hary Tanoe Ungkap Pentingnya Sikap Proaktif dalam Lingkungan Bisnis Konglomerasi

“Saya pelajari semua sampai saya paham,” kenangnya.

Tak berhenti di situ, Hary Tanoe juga melakukan studi ke berbagai negara untuk memperluas wawasan. Dari Singapura yang dianggap terlalu ketat aturannya, hingga Amerika Serikat yang sangat tersegmentasi. Namun pengalaman paling berkesan justru datang dari Meksiko.

Di sana, ia menyaksikan bagaimana industri media dijalankan secara terintegrasi. Mulai dari pembinaan artis melalui akademi, produksi konten secara mandiri, hingga mengemas program menjadi channel yang kemudian dijual ke stasiun TV lain dan pasar internasional.

Baca Juga: Kisah Jatuh Bangun Hary Tanoesoedibjo Dirikan MNC Group

“Saya masih ingat, di tahun 2002–2003 saya banyak membeli telenovela dari Meksiko. Dari satu biaya produksi, mereka bisa mendapat pendapatan berlapis, mulai dari iklan, penjualan ke TV berbayar, hingga ekspor konten,” jelasnya.

Pengalaman itu menginspirasinya untuk menerapkan model serupa di Indonesia. Ia menilai, sistem produksi terpadu seperti di Meksiko cocok diterapkan di pasar Indonesia yang saat itu masih berkembang.

“Itulah bukti bahwa meskipun secara latar belakang pendidikan kita tidak punya, kalau mau belajar terus, pasti bisa,” pungkas Hary Tanoe.