Sukses dengan proyek perdananya, Andy mulai melanglang buana, bahkan di tahun yang sama dia pindah ke harian ekonomi Bisnis Indonesia setelah diajak oleh Lukman Setiawan. Bisa dibilang Andy menjadi salah satu perintis media tersebut.
Di tempat kerja baru ini Andy menjadi reporter selama dua tahun. Dia kemudian kembali ke majalah Tempo atas ajakan jurnalis Fikri Jufri. Di majalah Tempo, Andy menjadi salah satu punggawa andalan di majalah Matra yang ketika itu baru diorbitkan Tempo Group.
Bekerja di kantor berita dengan nama mentereng macam Tempo nyatanya membuat Andy tak benar-benar puas. Pada tahun 1992 dia memilih hengkang ke koran Media Indonesia setelah diajak bergabung oleh Surya Paloh. Di sana dia berkarya selama tujuh tahun.
Pada medio tahun 1999, Andy bersama wartawan senior Djafar Assegaf dipercayakan menangani berbagai masalah internal di RCTI. Di sana Andy bekerja selama setahun hingga akhirnya kembali ke Media Indonesia.
Sekembalinya dari RCTI, karier Andy mulai menanjak naik. Dia langsung dipercaya Surya Paloh yang baru mendirikan Metro TV dan mendapat amanah sebagai pemimpin redaksi. Dalam satu masa Andy bahkan sempat merangkap menjadi pemimpin redaksi di koran Media Indonesia.