Respiratory Syncytial Virus (RSV) terus menjadi ancaman serius bagi bayi di seluruh dunia, terutama bagi bayi prematur dan bayi dengan kondisi medis tertentu. Di Indonesia, rendahnya tingkat kesadaran masyarakat mengenai RSV membuat penyakit ini kerap luput dari perhatian, padahal dampaknya dapat sangat fatal.
Menyadari urgensi ini, AstraZeneca Indonesia mengambil langkah nyata untuk memperkuat edukasi dan menyediakan solusi pencegahan bagi bayi berisiko tinggi.
Medical Director AstraZeneca Indonesia, dr. Feddy, menegaskan bahwa langkah pertama dalam melawan RSV adalah meningkatkan kesadaran publik.
“AstraZeneca merasa bahwa kesadaran akan pentingnya dan adanya suatu penyakit yang disebut dengan RSV ini adalah sesuatu yang butuh kita gaungkan, terutama pada orang tua yang mempunyai bayi yang premature,” tutur dr. Freddy, saat sesi edukasi bertajuk 'Kenali RSV, Selamatkan Bayi Berisiko Tinggi', yang digagas AstraZeneca Indonesia, di The Westin, Jakarta, Kamis (20/11/2025).
Untuk mencapai tujuan ini, kata dr. Freddy, AstraZeneca aktif berkolaborasi dengan berbagai pihak, seperti asosiasi medis, para profesor dan dokter anak, media, komunitas orang tua, rumah sakit, hingga Kementerian Kesehatan.
Upaya ini bertujuan memperluas pemahaman tentang RSV dan risiko berat yang ditimbulkannya pada bayi yang sistem pernapasan dan imunitasnya belum matang. Dan, menurut dr. Feddy, risiko tersebut bukan main-main.
“Bayi-bayi prematur ini apabila terserang infeksi RSV, banyak sekali dari mereka yang membutuhkan pengobatan lanjutan, masuk ke rumah sakit, bahkan sampai ke ICU,” ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa infeksi RSV tidak hanya berbahaya dalam jangka pendek, tetapi dapat menimbulkan sequelae jangka panjang yang mengganggu tumbuh kembang anak.
Karena itu, AstraZeneca mengajak seluruh pemangku kepentingan, termasuk media, untuk turut mengedukasi masyarakat.
“AstraZeneca sangat mendorong untuk terus memberikan awareness mengenai apa sih RSV, kenapa kita harus peduli, dan apa saja yang harus dilakukan untuk mencegah bayi prematur terserang infeksi RSV,” kata dr. Feddy.
Baca Juga: Memahami Respiratory Syncytial Virus (RSV) dari Perspektif Prof. dr. Cissy Rachiana Sudjana Prawira
Inovasi Pencegahan untuk Bayi Berisiko Tinggi
Sebagai perusahaan biofarmasi global, lanjut dr. Freddy, AstraZeneca tidak hanya menggalakkan edukasi, tetapi juga menyediakan solusi preventif.
Salah satu inovasi penting yang baru diperkenalkan di Indonesia adalah Palivizumab, sebuah imunoprofilaksis untuk mencegah infeksi RSV pada bayi berisiko tinggi. dr. Feddy pun lantas menjelaskan latar belakang kehadiran inovasi ini.
“Saat ini kita sudah tahu dan sadar betapa pentingnya testing RSV, maka AstraZeneca juga menawarkan satu solusi berupa obat baru yang disebut palivizumab,” ungkapnya.
dr. Feddy mengatakan, Palivizumab bekerja dengan menetralkan virus RSV sehingga tidak dapat memasuki sel paru-paru bayi.
Obat ini diberikan untuk bayi prematur, bayi dengan gangguan pernapasan kronis, serta bayi dengan penyakit jantung bawaan, semuanya kelompok yang sangat rentan mengalami infeksi berat.
Efektivitas palivizumab juga terbukti signifikan. dr. Feddy menjelaskan bahwa obat ini bisa menurunkan hingga 55% angka rawat inap bayi akibat RSV.
Selain itu, pada bayi yang sudah terinfeksi dan memerlukan perawatan, palivizumab dapat menurunkan sampai 56% durasi perawatan, serta terbukti menurunkan hingga 73% kebutuhan oksigen pada bayi yang dirawat akibat RSV.
Ia pun berharap besar agar perlindungan ini membantu bayi-bayi berisiko tinggi tumbuh dengan optimal.
“Mudah-mudahan kalau ini diberikan sejak dini pada bayi, mereka tidak terserang infeksi RSV dan bisa tumbuh kembang seperti anak-anak lainnya,” tutupnya.
Selain itu, kata dr. Freddy, upaya orang tua, edukasi berkelanjutan dari tenaga medis dan industri kesehatan sangat diperlukan.
Menurutnya, pemahaman mengenai pola penularan dan pencegahan RSV membantu mengurangi beban penyakit di masyarakat.
“Upaya mengurangi risiko infeksi RSV tidak hanya bertumpu pada tindakan klinis, tetapi juga pada kesadaran orang tua. AstraZeneca Indonesia berkomitmen mendukung edukasi yang berkelanjutan untuk meningkatkan pemahaman dan perlindungan bagi bayi berisiko tinggi,” pungkas dr. Feddy.
Baca Juga: RSV di Indonesia: Ancaman Tersembunyi bagi Bayi Prematur Menurut Prof. Rinawati Rohsiswatmo