Pada tahun 2024, OJK menargetkan indeks inklusi keuangan di Indonesia menjadi 90% dari 85,10% di tahun 2022 berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK). Kendati demikian, data World Bank pada tahun 2021 mengungkap bahwa jumlah penduduk unbanked (individu yang cukup umur, tetapi tidak memiliki rekening bank) di Indonesia merupakan jumlah terbesar keempat di dunia, yaitu sebanyak 97,74 juta orang dewasa, setara dengan 48% dari populasi dewasa di dalam negeri.
Menyadari pentingnya inklusi finansial demi mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, Bank DBS Indonesia terus melakukan berbagai upaya demi mendorong hal tersebut. Head of Investment & Insurance Product Bank DBS Indonesia, Djoko Soelistyo, mengatakan bahwa produk yang ditawarkan Bank DBS Indonesia berfokus untuk membantu masyarakat dari semua segmen.
Baca Juga: Sampoerna Fest 2024: Sambut Pesta Literasi Keuangan untuk Capai Financial Goals
"Kami berkolaborasi dengan banyak pihak agar dapat menjangkau masyarakat dari berbagai kalangan. Inisiatif Bank DBS Indonesia dalam menghadapi permasalahan inklusi finansial tidak hanya tentang memberikan akses, tetapi juga melibatkan pendekatan terhadap literasi keuangan dan kepedulian sosial. Komitmen tersebut tertuang menjadi tiga pilar keberlanjutan Bank DBS Indonesia, yaitu Responsible Banking, Responsible Business Practices, dan Impact Beyond Banking yang sejalan dengan visi kami untuk menjadi Best Bank for a Better World," terang Djoko, dikutip dari keterangan tertulis yang diterima Olenka, Minggu (17/3/2024).
Djoko lantas merincikan berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Bank DBS Indonesia. Pertama, sebagai motor penggerak untuk mencapai target indeks inklusi keuangan di tahun 2024, Bank DBS Indonesia memiliki program "Kedai Belajar" yang melibatkan karyawan sebagai sukarelawan untuk memberikan edukasi literasi finansial kepada komunitas Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan masyarakat marjinal di beberapa kota.
Kedua, Bank DBS Indonesia terus berupaya memperluas akses finansial kepada segmen masyarakat unbanked yang sebelumnya terpinggirkan. Selama beberapa tahun ke belakang, Bank DBS Indonesia telah menggandeng pemain ekosistem lain seperti platform fintech untuk menjangkau kalangan masyarakat yang lebih luas, di antaranya Kredivo, Home Credit Indonesia, dan baru-baru ini dengan Adapundi dan Indodana.
Ketiga, Bank DBS Indonesia melakukan pemanfaatan teknologi untuk memperluas akses perbankan melalui digibank by DBS: aplikasi perbankan digital yang memungkinkan nasabah menggunakan layanan perbankan dalam satu genggaman melalui telepon selular. Dengan digibank by DBS, nasabah dapat mengakses berbagai fitur seperti melakukan pembukaan rekening tabungan secara online; transaksi dengan Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS); digibank PayLater; Kartu Kredit digibank; dan lain-lain selama 24/7.
Selanjutnya, Bank DBS Indonesia melakukan Democratizing Wealth atau mendemokratisasi akses kepada layanan investasi melalui pilihan produk yang beragam. Salah satu contohnya, nasabah dapat membeli produk investasi dengan nilai yang rendah mulai dari Rp100.000 untuk produk reksadana dan mulai dari Rp1.000.000 untuk produk obligasi sekunder.
"Melalui penurunan jumlah minimum investasi, Bank DBS Indonesia tidak hanya bertujuan untuk memberikan akses, tetapi juga membangun kesadaran dan minat masyarakat terhadap investasi. Dengan pagu investasi yang lebih rendah, diharapkan masyarakat akan lebih termotivasi untuk memulai perjalanan investasi sehingga menciptakan kebiasaan menabung dan berinvestasi yang lebih baik," ujar Djoko.
Bank DBS Indonesia juga menawarkan fitur LiveBetter yang dapat dipilih nasabah untuk mendukung gerakan ramah lingkungan. Fitur ini memungkinkan nasabah mendapatkan tips akan gaya hidup keberlanjutan (sustainable lifestyle) sembari berinvestasi pada produk berbasis Environment, Social, and Governance (ESG). LiveBetter dan seluruh produk perbankan Bank DBS Indonesia dapat diakses kapan saja dan di mana saja melalui satu aplikasi digibank by DBS.