Meski begitu, terdapat beberapa tantangan yang dihadapi oleh para pelaku UKM untuk memaksimalkan pemanfaatan social commerce, seperti 50% dari seller menyampaikan bahwa mereka masih memiliki kesulitan untuk membuat konten yang efektif, serta 48% dari seller juga mengatakan sulit untuk mengejar algoritma platform yang terus berubah.

Beberapa pelaku UKM yang hadir menceritakan kontribusi social commerce bagi bisnis mereka. Uriel Laguarda, brand owner dari Pempek Belida, menyampaikan, "Kami membentuk loyalis di social commerce. Suatu brand tanpa loyalis, dia akan mati. Nah, di e-commerce tidak ada brand loyalis karena siapa yang berani beri harga murah, dia yang dicari. Loyalis yang repeat order hanya bisa didapat dari social commerce."

Baca Juga: Dipermudah Digitalisasi, Menabung Emas Makin Menggairahkan

Doni, founder dari Sneakershoot, mengungkapkan, "Sebagai penjual alat pembersih sepatu dan juga menyediakan layanan pembersihan sepatu, social commerce menyediakan peluang bagi kami untuk dapat membangun komunikasi yang baik dan menjaga kepercayaan konsumen. Konsep social commerce memudahkan kami berhubungan dengan konsumen kami."

Sementara itu, Agustina selaku brand owner dari Timonosd mengaku bahwa hampir 80 persen penjualan mereka berasal dari social commerce. Akan tetapi, tambahnya, para pelaku UKM perlu beradaptasi dengan perkembangan social commerce termasuk di dalamnya memahami algoritma dari sosial media itu sendiri untuk menjangkau lebih banyak audiens. Salah satu hal yang dilakukan adalah terus berkreasi dengan konten-konten yang relevan dengan target audiensi.