Publik menanti hasil kerja Menteri Keuangan Republik Indonesia (Menkeu RI) yang baru, Purbaya Yudhi Sadewa, usai dilantik menggantikan Sri Mulyani Indrawati. Purbaya meluncurkan kebijakan besar berupa penyuntikan dana Rp200 triliun ke bank‐bank milik negara agar kredit bisa tumbuh dan konsumsi masyarakat meningkat sehingga menggerakkan perekonomian.

Rully Arya Wisnubroto, Chief Economist & Head of Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, menilai bahwa gaya kepemimpinan Menkeu Purbaya lebih agresif dibandingkan dengan Sri Mulyani Indrawati yang lebih hati-hati. 

Baca Juga: Menanti Gebrakan Purbaya Setelah Menolak Tax Amnesty

“Memang kucuran Rp200 triliun itu bertujuan untuk mempercepat pencapaian pertumbuhan ekonomi 8%. Sementara itu, impact-nya terhadap deposit growth bisa di atas double digit. Kalau sekarang, deposit growth itu sekitar 8% per bulan Agustus,” ujar Rully dalam Media Day: September 2025 by Mirae Asset bertema New Economic Policy: Impact on Growth and Capital Market, Selasa (23/9/2025).

Sementara itu, data loan growth sampai dengan bulan Juli 2025 masih mengalami perlambatan. Dengan kebijakan dan mitigasi yang tepat, Rully yakin jika pertumbuhan kredit akan mengalami akselerasi. “Kami cukup optimis bahwa pertumbuhan kredit ini akan kembali dalam range target dari Bank Indonesia, di angka 8-11 persen,” tegasnya.

Meskipun latar belakang Purbaya sebagai ekonom dan mantan pejabat BUMN memberikan keyakinan akan kapasitasnya, pelaku pasar tetap menunggu kejelasan mengenai komitmen disiplin fiskal, transparansi anggaran, dan sumber pembiayaan program prioritas pemerintah.

Dengan demikian, implikasi kebijakan baru tersebut bagi pasar modal adalah volatilitas jangka pendek yang berpotensi berlanjut, tetapi peluang investasi tetap terbuka dalam periode konsolidasi.