Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari menilai calon wakil presiden nomor urut 03 Mahfud MD sedang berupaya melemahkan pengaruh Presiden Joko Widodo pada Pilpres 2024 dengan memilih mundur dari posisi  Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam). 

Qodari  mengatakan mundurnya Mahfud MD  dari kabinet kerja Jokowi bukan sesuatu yang terjadi secara spontan, hal ini sudah direncanakan  masak-masak. Untung ruginya sudah dikalkulasikan secara matang. 

Baca Juga: Puji Mahfud yang Mundur dari Menko Polhukam, Ganjar: Dia Telah Beri Contoh yang Baik

“Mundurnya Pak Mahfud ini saya kira adalah bagian dari upaya untuk tadi menyerang (Jokowi) juga mendelegitimasi lah tepatnya gitu,” ujar Qodari dikutip dari channel Youtube Cokro TV dilansir Sabtu (3/2/2024). 

Selain diidentifikasi sebagai sebuah serangan terhadap Jokowi, hengkangnya Mahfud dari kabinet kerja pemerintah kata Qodari dapat dibaca sebagai upaya menyelesaikan masalah pribadi yang mengganjal hatinya. Pasalnya, ketika debat cawapres kedua Mahfud MD menjadi canggung usai mengkritik kinerja pemerintahan Presiden Jokowi.

“Soal Pak Mahfud itu saya kira ada dua aspek yang banyak didiskusikan dan mungkin banyak disorot. Yang pertama adalah soal kenapa beliau mundur? Nah kalau saya melihat sih sebetulnya Pak Mahfud mundur itu lebih kepada menyelesaikan persoalan diri beliau sendiri yaitu kecanggungan yang beliau rasakan ketika di acara debat cawapres yang terakhir banyak menyerang tapi kemudian

justru dipertanyakan oleh masyarakat,” ucapnya.

Qodari mengatakan Mahfud MD melakukan blunder di saat debat cawapres kedua yang membahas tema pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria, masyarakat adat dan desa, karena Mahfud Md mengatakan masalah tambang tidak bisa diselesaikan karena banyak mafia yang bermain.

Padahal Mahfud MD lah orang yang seharusnya paling bertanggung jawab untuk mengurai masalah tersebut.

“Pak Mahfud di dalam kabinet kok menyerang pemerintah di mana dia menjadi bagian dari padanya termasuk juga misalnya pada waktu itu mengatakan masalah tambang-tambang ilegal dan yang lain-lain itu tidak bisa diselesaikan karena ada mafia begitu, ada mafia yang tidak bisa ditindak secara hukum. Nah orang kan kemudian bertanya loh Pak Mahfud kan Menkopolhukam loh Itu kan harusnya tanggung jawab anda kan begitu,” ucapnya.

“Jadi saya kira pada debat yang kedua itu Pak Mahfud mengalami sebuah situasi baru yang sebelumnya beliau tidak terlalu alami ya ketika debat pertama kan enggak terlalu menyerang kata orang dia menahan diri, tidak ada reaksi dari publik seperti di debat kedua dan karena itu tidak ada kecanggungan yang dirasakan secara signifikan oleh Pak Mahfud,” tambahnya.

Menurut Qodari, mundurnya Mahfud MD berupaya untuk keluar dari perasaan tidak enak itu, di mana posisinya masih berada dalam pemerintah, tapi bersikap seperti oposisi.

“Jadi saya kira beliau sedang berusaha keluar dari situasi yang tidak mengenakkan lah bahwa saya ini bagian dari pemerintahan tetapi kemudian saya kok nyerang pemerintahan,” ucap Qodari.

Qodari menepis alasan Mahfud mundur karena berkaitan etika, sebab jika berkaitan dengan etika seharusnya sudah mundur sejak pertama kali ditetapkan menjadi cawapres Ganjar oleh KPU.

“Jadi sebetulnya bapak ini mundur bukan karena mau menegakkan etika dan tidak mau terjadi conflict of interest, bapak itu cuman enggak nyaman aja gara-gara debat kedua kemarin, bapak tuh banyak nyerang dan mempersoalkan hal-hal yang notabenenya adalah menjadi tanggung jawab bapak sebagai Menkopolhukam gitu loh,” paparnya.

“Jadi ketimbang menyelesaikan masalah publik menurut saya sebetulnya Pak Mahfud dengan segala hormat kepada sahabat saya ini juga ya beliau sebetulnya sedang menyelesaikan masalahnya sendiri itu yang pertama,” sambung Qodari.

Kedua, lanjut Qodari, mundurnya Mahfud sebagai strategi untuk menggenjot elektabilitas, namun sayangnya, Qodari memprediksi tidak akan banyak berpengaruh terhadap kenaikan elektoral. Pasalnya Mahfud MD mundur di waktu yang sudah sangat terlambat.

Baca Juga: Hashim Minta Prabowo Tak Ikuti Langkah Mahfud yang Pilih Hengkang dari Kabinet Jokowi

Baca Juga: Jokowi-Prabowo Umbar Kemesraan, Anies Baswedan: Orde Baru Dulu Pemerintah Juga Berpihak ke Satu Calon

“Yang kedua adalah soal mundurnya Pak Mahfud terhadap dinamika elektabilitas calon pasti kaitan ke sana, kalau kita bicara elektoral tentu untuk pastinya kita harus melihat survei yang dilaksanakan setelah pernyataan Pak Mahfud pada hari ini ya. Bahkan kalau bisa yang dilakukan setelah Pak Mahfud datang secara formal kepada Pak Jokowi,” tuturnya.