Di sudut halte pemberhentian bus Transjakarta kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Linggom (32) berdiri siaga. Berteman gawai di tangan, sesekali matanya melirik ke satu titik yang menjadi arah kedatangan bus.

Lalu lintas yang padat hingga mobilitas masyarakat yang dituntut serba cepat sangat identik dengan kondisi Kota Jakarta. Terlebih di sepanjang kawasan GBK-SCBD, kepadatan kendaraan tak terhindarkan. Kendaraan pribadi seperti mobil dan motor saling beradu jumlahnya di tengah kepulan asap kendaraan. Alhasil, polusi udara di Jakarta semakin memburuk dari waktu ke waktu.

"Polusi di Jakarta makin memburuk. Pagi-pagi saja sudah terlihat gelap (tertutup polusi), padahal cuaca tidak mendung. Tak ada hujan," keluh Linggom saat ditemui Olenka di GBK, Senayan, Jakarta, Selasa (3/6/2026).

Baca Juga: Transjakarta Fokus Tingkatkan Kualitas Integrasi Transportasi di Tahun 2025

Dengan sedikit berpeluh usai menuruni jembatan penyeberangan orang (JPO), Linggom mengatakan bahwa pejalan kaki kerap menjadi pihak yang paling merasakan dampak negatif polusi. Mulai dari sakit tenggorokan hingga batuk-batuk, semua itu terjadi akibat kondisi udara Jakarta yang tak sehat.

"Kesehatan jadi terganggu. Sekarang juga saya kondisinya batuk dan radang," tambahnya.

Tak mau ikut menyumbang polusi udara Jakarta, lelaki yang berprofesi sebagai karyawan swasta ini lebih memilih untuk menggunakan transportasi umum. Ia meyakini, penggunaan transportasi umum memiliki emisi yang lebih rendah dan sangat berkontribusi dalam menekan polusi.

"Transportasi umum itu simpel, lebih murah, dan naik kendaraan umum berkontribusi terhadap pengurangan polusi," jelasnya, penuh kepastian.

Ia menambahkan, hal lain yang bisa berperan dalam mewujudkan lingkungan hidup yang lebih sehat adalah gaya hidup digital. Ia meyakini, gaya hidup digital yang ramah lingkungan seperti penggunaan teknologi finansial akan mendorong penciptaan masyarakat nirtunai atau masyarakat tanpa uang kertas (cashless society).

"Saat ini saya sudah jarang pakai uang kertas. Jadi, saya ke mana-mana tuh bawa smartphone atau uang digital," tegasnya.

Hal yang dilakukan Linggom senada dengan laporan penelitian dalam jurnal Nature Communications (2025) yang dibuat oleh para peneliti dari Universitas Birmingham dan Universitas Groningen. Penelitian tersebut menyimpulkan, perubahan gaya hidup masyarakat bisa menjadi senjata paling efektif dalam menurunkan emisi karbon dunia.

Kunci keberhasilan transisi menuju masyarakat rendah karbon dan pro kelestarian lingkungan terdapat pada pilihan sehari-hari masyarakat untuk menerapkan gaya hidup digital yang ramah lingkungan. Ketika pola dan gaya hidup seseorang berubah dan mempengaruhi orang lain di sekitarnya maka akan memberi dampak besar terhadap lingkungan secara umum.

Peneliti utama Universitas Birmingham, Yuli Shan, mengatakan langkah nyata menekan emisi dan mengurangi jejak karbon bisa dimulai dari gaya hidup seseorang. Gaya hidup tersebut mulai dari membatasi penggunaan mobil pribadi hingga pemanfaatan teknologi digital.

"Mobilitas, konsumsi jasa, dan pola makan menjadi sektor dengan potensi penurunan emisi paling besar," katanya.

Dukungan Swasta

Upaya mendorong gaya hidup ramah lingkungan turut dilakukan oleh sektor swasta, yakni PT Astra Digital Arta (AstraPay). Layanan keuangan digital dari Astra Group ini memiliki program Jelajahi Kota Jakarta dengan TJ, MRT, dan AstraPay yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan sekaligus mewujudkan Jakarta sebagai kota yang ramah lingkungan.

"Dengan menggunakan moda transportasi Transjakarta dan MRT Jakarta yang ramah lingkungan, tentu dapat membantu pengurangan polusi udara dan emisi gas rumah kaca serta berkontribusi pada kelestarian lingkungan," kata AstraPay dalam keterangan resmi perseroan sebagaimana dikutip Olenka di Jakarta, Jumat (6/6/2025).

AstraPay memiliki komitmen kuat untuk mendukung integrasi pembayaran digital dengan layanan transportasi umum. Integrasi ini diharapkan dapat mendorong lebih banyak orang untuk menggunakan jasa transportasi umum dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Selain itu, AstraPay berharap penggunaan jasa transportasi umum dapat menjadi langkah awal untuk memulai gaya hidup yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

"Pengguna dapat menggunakan AstraPay dalam perjalanan ramah lingkungan sehingga menjadi lebih nyaman, praktis, dan efisien," pungkas AstraPay.