Sistem kerja dari mana saja atau work from anywhere (WFA) memberi kesempatan besar bagi para pekerja untuk menerapkan gaya hidup sehat dan ramah lingkungan.

Di salah satu sudut komplek Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Dina (23 tahun) tampak duduk menyendiri dengan true wireless stereo (TWS) yang terpasang di kedua telinga. Saat disapa tim redaksi Olenka, perempuan yang berprofesi sebagai seorang social media specialist ini mengaku sedang menanti teman untuk berolahraga bersama.

Perempuan yang tinggal di Bekasi ini mengaku, dalam sepekan dirinya mendapat kesempatan beberapa hari untuk melakukan WFA. Ia menjelaskan, dirinya bisa menyelesaikan tanggung jawab pekerjaan seperti mengedit dan mengunggah konten ke media sosial dari luar kantor.

"Kantor aku fleksibel (bisa WFO dan WFA). Kalau misalkan kerja di luar kantor, aku editing saja," katanya saat ditemui Olenka di GBK, Senayan, Jakarta, Selasa (3/6/2026).

Baca Juga: Mewujudkan Gaya Hidup Ramah Lingkungan 

Saat menerapkan WFA, pengguna transportasi umum seperti Transjakarta dan KRL Commuter Line ini mengaku kerap mendatangi area terbuka hijau dengan udara yang nyaman dan segar. Ia mengatakan, kondisi udara di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bekasi semakin buruk seiring dengan pertumbuhan jumlah kendaraan.

"Polusi terus meningkat dari tahun ke tahun karena banyaknya orang berkendara. Makin hari, makin banyak orang, makin banyak juga jenis-jenis motor dan kendaraan," tuturnya.

Dina mengaku, paparan polusi yang meningkat dan ditambah dengan anomali cuaca membuat kesehatan dirinya terganggu. Ia mengisahkan, belum lama ini dirinya terjangkit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Selain itu, ia mengidap penyakit sinusitis atau peradangan pada lapisan sinus sehingga tak boleh terpapar debu, udara kotor, hingga asap kendaraan.

"Aku kena ISPA. Baru sebulan yang lalu," tuturnya.

Sistem bekerja WFA memang menjadi dambaan bagi para pekerja urban yang mengejar keseimbangan hidup sekaligus menjalankan gaya hidup ramah lingkungan. Para pekerja tak perlu menggunakan kendaraan pribadi untuk pergi ke kantor yang dapat berkontribusi terhadap peningkatan emisi. Apabila suntuk bekerja di rumah, mereka bisa mencari area terbuka hijau yang segar dan asri.

Forum Ekonomi Dunia (WEF) pada tahun 2023 melaporkan, peningkatan sistem kerja dari mana saja (WFA) sukses menurunkan penggunaan kendaraan pribadi dari 56,5 persen menjadi 52,5 persen. Penurunan tersebut berhasil menekan polusi dan emisi karbondioksida sehingga mendorong peningkatan kualitas lingkungan hidup.

Perlu Dukungan

Sayangnya, tak semua perusahaan memiliki karakteristik dan fleksibilitas untuk menerapkan sistem kerja WFA. Beberapa perusahaan akan mengalami gangguan operasional apabila menerapkan sistem kerja dari mana saja tersebut.

Oleh karena itu, perlu ada dukungan dan insentif bagi para pekerja urban untuk bisa mengejar keseimbangan hidup sekaligus menjalankan gaya hidup ramah lingkungan. Dukungan dan insentif bisa difokuskan kepada para pekerja yang memiliki kesadaran untuk menggunakan transportasi umum buat pergi ke kantor. 

Dosen dan akademisi Universitas Padjadjaran, Aulia Iskandarsyah, mengatakan para pekerja urban di Indonesia memiliki keterbatasan infrastruktur dan sistem sosial di Tanah Air. Ia mencontohkan, para pekerja di Jakarta pada umumnya harus menempuh perjalanan selama dua jam untuk berangkat dari rumah ke kantor. Secara total, mereka membutuhkan waktu hingga empat jam di jalan per hari.

Para pekerja juga kerap dihadapkan pada dilema menggunakan kendaraan pribadi atau transportasi umum. Apabila mereka menggunakan kendaraan pribadi, konsekuensinya adalah dampak negatif ke lingkungan. Akan tetapi, apabila menggunakan transportasi umum maka harus siap mengorbankan kenyamanan dan berdesak-desakan dengan penumpang lain.

"Mereka harus berangkat dari rumah saat matahari belum terbit dan sampai rumah setelah matahari telah lama terbenam," katanya.

Salah satu perusahaan swasta yang memiliki komitmen untuk mendorong penggunaan transportasi umum dan pembentukan gaya hidup berkelanjutan adalah PT Astra Digital Arta (AstraPay). Layanan keuangan digital dari Astra Group ini memahami bahwa mobilitas adalah tantangan bagi para pekerja urban.

Kehadiran AstraPay bisa menjadi dorongan bagi para pekerja urban untuk mulai beralih ke transportasi umum yang lebih praktis, hemat, dan ramah lingkungan.

"Kehadiran dompet digital seperti AstraPay membuat pengalaman naik transportasi umum jadi jauh lebih mudah dan efisien," kata AstraPay dalam keterangan resmi perseroan sebagaimana dikutip Olenka di Jakarta, Jumat (6/6/2025).

AstraPay memastikan pihaknya memiliki komitmen untuk hadir sebagai solusi pintar bagi para pengguna transportasi umum. Para pengguna tidak perlu membuka dompet buat mencari uang kecil atau antre mengisi ulang kartu transportasi konvensional secara manual.

"Cukup buka aplikasi, pilih menu QRIS, scan kode, dan bayar," pungkas AstraPay.