Pasti kamu sudah tak asing lagi dengan restoran Solaria, bukan? Solaria acap kali menjadi restoran pilihan untuk kumpul bersama keluarga, kerabat, dan para sahabat. Restoran yang menyuguhkan berbagai macam hidangan yang akrab di lidah ini sangat mudah ditemukan, terutama di pusat-pusat perbelanjaan. 

Sudah berdiri selama hampir 20 tahun dan memiliki lebih dari 200 gerai yang tersebar di seluruh penjuru Tanah Air, bagaimana kisah perjalanan sukses restoran Solaria? Simak selengkapnya dalam artikel berikut sebagaimana Olenka rangkum dari berbagai sumber, Rabu (31/7/2024).

Bermula dari Kedai Sederhana

Kini menjelma menjadi restoran ternama, siapa sangka Solaria dulu hanya sebuah kedai sederhana yang didirikan oleh seorang karyawan swasta. Dia adalah Aliuyanto, sosok di balik kesuksesan Solaria yang mulai didirikan pada 1991 silam. 

Setelah lima tahun lamanya bergelut menjadi seorang karyawan, Aliuyanto memberanikan diri membuka sebuah kedai tempat makan. Disebut dalam sejumlah sumber, lulusan  Fakultas Ekonomi UGM ini mengandalkan tabungan dan sisa gaji yang dikumpulkan selama lima tahun bekerja untuk modal membuka kedai Solaria.

Awal membangun usaha, Aliuyanto mempekerjakan empat orang karyawan dan membuka kedai Solaria pertama kali di wilayah Cikarang, Jawa Barat. Bukan hal mudah bagi Aliuyanto merintis bisnis kulinernya itu. Namun, dengan tekad kuatnya, Aliuyanto tetap melanjutkan bisnisnya saat itu.

Baca Juga: Mengulik Kisah Sukses HokBen: Pelopor Resto Makanan Bergaya Jepang yang Ternyata 100 Persen Asli Indonesia!

Arti Nama dan Logo Solaria

Menukil dari laman X resmi miliki Solaria, nama Solaria sendiri diambil dari bahasa Latin, yakni Solar yang berarti matahari.

Sementara untuk logo, dalam laman resmi Facebook Solaria disebutkan, bentuk bulat memiliki makna tidak terputus dan berkesinambungan. Pada logo Solaria juga tidak memiliki sisi tajam yang menyakiti dan melambangkan bumi.

Bangkit Hadapi Tantangan

Ketekunan Aliuyanto merintis kedai Solaria saat berbuah manis. Kedai solaria pun mulai dikenal masyarakat pada 1995. Sejak saat itu, bisnis Solaria semakin membaik dari waktu ke waktu dan beralih menjadi sebuah restoran. 

Bahkan, hanya butuh kurun waktu tiga tahun, Solaria sukses memperluas jaringan outlet-nya. Pada 1998, restoran Solaria berhasil memiliki 10 cabang sejak mulai dikenal oleh banyak orang.

Namun, keterpurukan kembali dirasakan oleh Aliuyanto di tahun yang sama. Saat itu, restoran yang menyediakan menu makanan sehari-hari ini terpaksa tutup. Enam outlet Solaria harus ditutup lantaran terbakar akibat kerusuhan yang terjadi pada 1998.

Dihadapkan dengan banyak tantangan, tak membuat Aliuyanto patah arang atau bahkan merasa trauma. Dengan tekad kuat yang dimilikinya, pria keturunan Tionghoa itu berusaha bangkit dari keterpurukannya. 

Setelah krisis 1998 berakhir, Solaria semakin berkembang pesat. Bahkan, 10 tahun setelah insiden kebakaran, restoran ini berkembang signifikan menjadi 130 gerai yang tersebar di 25 kota yang ada di Indonesia. Dalam artian, Soloria membuka sedikitnya 10 gerai setiap tahunnya.

2013, Kantongi Sertifikat Halal MUI

Kerja keras Aliuyanto terus membuahkan hasil. Restoran Solaria berhasil meraih sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 2013 silam. Pencapaian ini tidak hanya meningkatkan kepercayaan konsumen Muslim tetapi juga memperluas pangsa pasar Solaria di industri makanan dan minuman di Indonesia. 

Sertifikasi halal dari MUI memastikan bahwa seluruh proses produksi di Solaria memenuhi standar kehalalan, mulai dari bahan baku hingga penyajian, yang sangat penting bagi konsumen yang memperhatikan aspek religius dalam konsumsi makanan mereka.

Baca Juga: Merunut Jejak Kesuksesan Restoran Bebek Kaleyo yang Tak Pernah Sepi Pengunjung

Menukil dari laman Kompas, Solaria sempat mendapat sorotan dari banyak pihak karena belum memiliki sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Kondisi ini memunculkan berbagai isu bahwa hidangan dari restoran lokal asli Indonesia ini mengandung zat-zat yang tidak diperbolehkan bagi umat Muslim, seperti ciu atau minyak babi.

Selain itu, Aliuyanto juga mendirikan PT Sinar Solaria untuk menaungi semua gerai restoran yang dimilikinya. Hal tersebut dilakukan untuk menunjukkan komitmen dan profesionalisme Aliuyanto dalam mengelola bisnis kuliner yang sukses ini.

Kerap Disangka Restoran Asing

Solaria menjadi salah satu restoran yang kerap disangka produk asing. Meskipun menu yang disajikan  mengusung konsep Jepang, Solaria lokal punya. 

Ada banyak kemungkinan mengapa Solaria disangka restoran asing. Dari segi nama “Solaria” terdengar seperti nama internasional dan tidak mengandung unsur bahasa Indonesia. Selain itu, desain interior dan restoran Solaria terlihat begitu modern sehingga banyak yang beranggapan Soloria merupakan restoran asing.

Tak Usung Konsep Franchise atau Waralaba

Memiliki lebih dari 200 gerai di Tanah Air, siapa sangka bila restoran ternama ini tidak membuka peluang usaha dengan konsep franchise atau waralaba.

Itu artinya, semua restoran Solaria yang sering ditemui di banyak pusat perbelanjaan, dikelola langsung oleh PT Sinar Solaria. 

Dalam sejumlah sumber disebutkan,  200 gerai Solaria merupakan usaha sendiri, itu dikarenakan restoran dengan cita rasa lezat yang dimiliki di setiap hidangannya ini ingin menjaga mutu dari usahanya.

Baca Juga: Lewat Tangan ‘Magic’ Chef Wiem, BAKU Restoran Hadirkan Cita Rasa Kuliner Khas Asia yang Siap Manjakan Lidah: Terinspirasi dari Street Food

Strategi Bisnis Solaria

Kesuksesan Solaria sebagai restoran ternama, tentu tak terlepas dari strategi bisnis yang dijalankan Aliuyanto. 

Mengutip dari berbagai sumber, di gerai pertamanya, Aliuyanto menyajikan makanan dalam porsi besar dengan rasa yang sesuai selera. Strategi ini berhasil menarik banyak konsumen.

Meskipun Aliuyanto tidak memiliki bakat memasak, semangat dan tekad kuatnya membuatnya yakin untuk mendirikan restoran. Menu yang ditawarkan di Solaria sangat beragam dan cukup familiar di lidah.

Solaria memiliki strategi pemasaran yang efektif dengan menyajikan hidangan populer seperti nasi goreng dan mie goreng, serta hidangan masakan Cina yang terkenal. Meskipun menargetkan segmen pasar menengah ke bawah dibandingkan dengan segmen atas, konsep ini menunjukkan efisiensi Solaria sebagai perusahaan makanan cepat saji yang berkembang pesat.