Ia mencontohkan Disney sebagai salah satu model ideal dalam mengembangkan IP. Dari film hingga karakter seperti Marvel, semuanya berkembang menjadi pengalaman lintas platform.

“Dari film, orang jadi tahu ceritanya, kemudian turun menjadi restoran, jadi experience, lalu jadi retail, ada mug-nya, merchandise, dan lahir fandom-nya,” kata Ishak.

Ia pun mengatakan, kematangan monetisasi inilah yang menandai keberhasilan sebuah IP.

Lebih lanjut, Ishak pun melihat Indonesia memiliki keunggulan yang sangat besar dibanding negara-negara Asia Tenggara lainnya. Menurutnya, dengan keragaman budaya yang luar biasa, negeri ini menyimpan sumber inspirasi tak terbatas.

“Kita punya 700 bahasa, 300 etnis, banyak pulau. Kita tuh inspirasinya banyak dibandingkan negara-negara lain,” ungkapnya.

Keragaman ini, kata dia, menciptakan peluang tak hanya untuk menciptakan karakter dan cerita baru, tetapi juga untuk melahirkan IP yang kuat secara emosional dan kultural.

Lebih jauh, Ishak menekankan bahwa pengembangan IP bukan hanya isu industri kreatif, tetapi juga bagian dari strategi kemakmuran nasional di masa depan.

“Saya sangat peduli dengan industri IP karena ini menjadi national prosperity. IP ini ke depannya akan menjadi sebuah pemasukan buat negara juga,” tandasnya.

Baca Juga: Cara Pandang Ishak Reza Soal Kreativitas