Kelapa sawit memiliki peran strategis bagi keberlangsungan hidup manusia. Hampir mustahil memisahkan peran kelapa sawit dengan peradaban manusia di era modern ini. Bayangkan saja, sejumlah kebutuhan dasar manusia saat ini bersumber dari tumbuhan yang memiliki nama Latin elaeis guineensis ini.

Kendati memegang peran penting dalam peradaban manusia modern, namun kelapa sawit acap kali menjadi sasaran empuk kampanye hitam (black campaign) yang sengaja dikeluarkan pihak tertentu. Sawit kerap dihajar isu-isu miring seperti penggundulan hutan dan lain-lain yang sayangnya isu tersebut dikonsumsi mentah-mentah oleh sejumlah masyarakat.

Padahal, penggunaan lahan untuk kelapa sawit di Indonesia masih terbilang minim apabila dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak nabati lain yang memerlukan lahan lebih luas.

"Tantangan negatif-negatif informasi yang menyebar di seluruh dunia, di negara utamanya di negara-negara konsumen kita tentang peluang kelapa sawit yang lebih banyak negatifnya daripada positifnya," kata Wakil Sekretaris Jenderal Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC), Musdhalifah Machmud, dalam wawancara bersama dengan Olenka di Jakarta, belum lama ini.

Baca Juga: Makna Perjuangan bagi Sang Srikandi Sawit: Musdhalifah Machmud

Berbagai kampanye negatif tentang kelapa sawit yang memantik gejolak adalah tantangan berat yang mesti dituntaskan. Masyarakat perlu diberi informasi positif supaya mereka lebih teredukasi dan memahami pentingnya peran dan kontribusi kelapa sawit. Tanaman ini memiliki banyak sekali manfaat tak hanya untuk kebutuhan pangan, tetapi untuk kebutuhan energi hingga penyerapan karbon.

"Kelapa sawit menjadi sumber bahan baku industri yang kita gunakan dalam aktivitas sehari-hari mulai dari pagi sampai malam," ujarnya.

"Perlu dicatat, pohon kelapa sawit ditanam bukan di lahan produktif. Akan tetapi, kelapa sawit lebih banyak ditanam di lahan-lahan kritis," tambahnya.

Srikandi Sawit ini mengingatkan, banyak orang yang lupa bahwa sejumlah daerah di Indonesia bisa tumbuh secara ekonomi dan sosial setelah kehadiran perkebunan dan pabrik kelapa sawit. Tak hanya memberi penghidupan bagi para petani, kehadiran kelapa sawit di daerah tersebut juga membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar.

"Negara kita luas sekali, banyak sekali daerah yang masih jauh dari jangkauan akses transportasi, akses ekonomi, akses kehidupan sosial, pendidikan, dan lain-lain. Itu bisa terbangun karena ada kelapa sawit," tuturnya.

Bahan Baku Biodiesel

Selain mampu memenuhi kebutuhan pangan, kelapa sawit juga memiliki peran penting sebagai sumber energi. Penggunaan kelapa sawit sebagai bahan bakar alternatif sudah diterapkan di sejumlah negara termasuk Indonesia yang saat ini terus melakukan pengembangan Biodiesel B40. 

"Minyak nabati ini tidak habis karena dia akan tumbuh, pohon itu akan tumbuh, akan terus memproduksi. Kalau fossil fuel kita ambil, habis," tuturnya. 

Selain berbagai manfaat yang disebutkan di atas, masih banyak manfaat lain kelapa sawit yang merupakan komoditas zero waste. Semua bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan karena bernilai ekonomis. Zero waste juga berdampak langsung pada kondisi alam secara global.

Sebagaimana diketahui, kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang nyaris tak menyisakan limbah sama sekali. Limbah cair dan padat yang bersumber dari pengolahan kelapa sawit  bisa menjadi pupuk hingga pakan ternak.

"Banyak sekali manfaat kelapa sawit. Itu dari limbah. Limbah cair. Belum limbah padatnya," katanya lagi.

Melawan Tudingan Deforestasi

Kelapa sawit sudah sejak lama dituding sebagai biang kerok deforestasi. Pembukaan lahan baru untuk perkebunan kelapa sawit dituduh sebagai penyebab utama deforestasi. Namun, tudingan miring itu nyatanya tak punya dasar yang kuat. Berdasarkan data USDA (2024), luas areal perkebunan kelapa sawit di dunia berada di angka 26,9 juta hektare.

Adapun, luas areal tanaman kedelai yang memproduksi minyak kedelai pada tahun 2023 mencapai 139,7 juta hektare, menjadi minyak nabati dengan perkebunan terluas di dunia. Selanjutnya, luas tanaman rapeseed mencapai 41,5 juta hektare dan tanaman bunga matahari mencapai 28,2 juta hektare.

"Kita dituduh driving deforestasi. Driving deforestasi dari mana? Sebanyak 700 juta hektare lahan di seluruh dunia yang deforestasi itu untuk memenuhi kebutuhan pangan, untuk kebutuhan kehidupan, housing, dan lain-lain," katanya lagi.

Lulusan S2 dari Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mengatakan, tudingan deforestasi dan penggundulan hutan karena kelapa sawit adalah pernyataan ngawur, sebab selama ini tudingan tersebut sama sekali tak bisa dibuktikan. Dia menegaskan, pemerintah Indonesia sudah punya regulasi yang mengatur pemanfaatan lahan. Jadi, menurutnya penanaman sawit tak bisa dilakukan serampangan dengan menggunduli hutan secara ugal-ugalan.

"Di mana hutan digunduli? Yang mana hutan ditebang? Kalau di Indonesia kita sudah punya peraturan tata ruang. Tata ruang itu semua sudah kita terlokasi, terpetakan lahan budidaya, lahan hutan, lahan konservasi, dan pemantauan tanahnya," ujarnya.

"Semua sudah ada di dalam regulasi tata ruang. Dan enforcement-nya cukup tinggi sekali. Kita lihat banyak sekali hal-hal kalau misalnya memang melanggar langsung dilakukan pengadilan, langsung diadili. Itu kan kita sudah banyak contoh-contoh nyata," pungkasnya.