Penuaan otak adalah sesuatu yang terjadi secara alamiah dan mutlak terjadi pada semua manusia. Itu terjadi paralel dengan bertambahnya usia seseorang.
Penuaan otak adalah siklus yang tidak bisa dielak, peristiwa biologis ini bakal berimbas pada fungsi dan daya kerjanya. Semakin udzur semakin menurun pula fungsi dari organ vital tersebut.
Baca Juga: Pandangan Dato Sri Tahir Soal Kekayaan: Manusia Tak Punya Hak Milik atas Kekayaan Duniawi
“Siapapun kita akan menjadi tua dan penuaan itu nggak bisa di-stop. Yang bisa adalah mungkin diperlambat. Gak ada obat satupun yang menyetop penuaan,” kata Ahli neurologi dan dokter spesialis saraf, Yuda Turana dilansir Olenka.id Senin (24/11/2025).
Penuan otak kata Yuda membuat volume otak perlahan menyusut, hal ini menjadi pemicu utama terjadinya gangguan demensia maupun alzheimer.
Lazimnya penuaan otak mulai terjadi pada usia 50-an tahun, memasuki usia ini otak mengalami penyusutan satu persen, dari sini otak terus mengecil satu persen setiap tahunnya. Bahkan pada usia 90 tahun otak manusia sudah bisa menyusut sekitar 10 hingga 15 persen.
“Penuaan itu bukan soal mata yang menjadi rabun atau tulang yang menjadi keropos. Tetapi juga otak kita mengerut dan mengecil,” ujarnya.
Kendati penuan otak adalah siklus yang terjadi secara alamiah tetapi hal ini juga dipicu oleh faktor eksternal seperti pola hidup yang tidak sehat, kandungan nikotin pada rokok, jarang olah raga dan begadang merupakan kebiasaan buruk yang memantik laju penuaan otak.
Itu artinya fase penuaan otak setiap orang berbeda-beda, mereka yang menerapkan pola hidup sehat cenderung lebih lambat masuk pada siklus tersebut kendati usia mereka sama dengan mereka yang tak menerapkan pola hidup sehat.
Faktor lain yang memicu hal ini adalah genetik, tetapi ia tak terlampau dominan.
Baca Juga: Mengulik Sumber Dana Program Prabowo Bagi-bagi Becak Listrik ke Lansia
“Ini umur sama, tetapi kita lihat yang sebelah kiri lebih mengecil. Faktor resiko khusus untuk pengerutan otak, pertama saya tulis genetik. Tetapi genetik itu bukan yang dominan. Jadi sebenarnya perilaku gaya hidup individu, bukan orang tuanya sebenarnya,” pungkasnya.