Berdasarkan data terbaru dari Neurosensum, konsumen Indonesia saat ini semakin antusias untuk mencoba rasa makanan pedas yang tidak biasa dan beraneka ragam. Rasa lokal dan hidangan yang terinspirasi dari resep tradisional juga menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen. Selain itu, kaula muda dari segmen sosial-ekonomi menengah ke atas menunjukkan minat yang tinggi terhadap makanan internasional.
Temuan data ini sejalan dengan hasil riset terbaru dari McCormick. Dalam riset ini, McCormick mewawancarai para pemain industri dari berbagai mitra perusahaan makanan. Para responden mengatakan bahwa preferensi konsumen Indonesia kini telah berubah.
Awalnya, konsumen Indonesia lebih menyukai rasa asin, tapi kini beralih ke rasa pedas, gurih, dan beraroma bawang putih. Untuk memenuhi permintaan konsumen, para responden juga berencana mendorong produksi makanan premium selama lima tahun ke depan dan menciptakan rasa yang terinspirasi dari hidangan asal Korea, Jepang, atau negara lainnya yang sedang populer di platform 'TikTok.' Selain itu, para responden akan berfokus mengembangkan “Hero Flavour,” atau rasa makanan khas yang dapat menjadi identitas sebuah brand, untuk dijadikan camilan, mi instan, ataupun produk lainnya.
Baca Juga: 5 Merek Makanan yang Sering Disangka Milik Brand Asing, Padahal Asli Lokal Punya!
Baca Juga: 5 Pengusaha Tajir Indonesia yang Berbisnis Makanan Ringan
Namun, riset ini menunjukkan bahwa masih banyak perusahaan makanan yang kesulitan dalam menciptakan rasa makanan baru untuk memenuhi permintaan pasar
Riset McCormick
Selain menjadi pelopor makanan pedas di dunia, McCormick telah melakukan berbagai riset global sejak tahun 1984 melalui McCormick Science Institute. Riset yang dilakukan telah membantu para pelaku industri untuk lebih memahami berbagai aspek dalam industri makanan pedas dan konsumennya.