Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan optimistis Indonesia mampu mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen melalui program-program prioritas Presiden Prabowo Subianto. Salah satunya adalah Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang sudah berjalan sejak 6 Januari 2025.
Selain digitalisasi, Luhut menilai program MBG menjadi salah satu faktor yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi pada 2028-2029. Ia menyebut program ini dapat membangun simpul-simpul ekonomi baru di berbagai daerah.
“Kalau kita lihat misalnya dengan dana Rp171 triliun untuk (program) makan bergizi, kalau itu dilakukan dengan bagus, itu akan menyimpulkan simpul-simpul baru,” ujarnya seperti Olenka kutip, Jumat (27/6/2025).
Baca Juga: Luhut Minta Prabowo Tak Sungkan Pecat Pejabat yang Ogah Mengefisiensi Angggaran
“Sekarang dengan makan bergizi ini, saya kira dengan tadi pembangunan dapur-dapur ini, akan ada nanti harapan kita dalam pertanian buah, sayur, ayam, dan seterusnya. Dan itu akan membuat satu ekosistem perekonomian yang membangun, membuat tadi dana itu turun ke bawah,” sambungnya.
Namun, yang perlu ditekankan adalah pelaksanaan dari program-program pemerintah menjadi tantangan besar. Sebab itu, Luhut mengajak semua pihak untuk bergotong royong agar eksekusi dari setiap program pemerintah berjalan dengan baik.
Luhut juga menegaskan, Dewan Ekonomi Nasional sudah menghitung dengan cermat semua langkah yang diperlukan. Mengingat, semua anggota DEN memiliki latar pengalaman yang kuat.
Sebagai sosok yang telah lebih dari satu dekade menjabat di berbagai posisi strategis pemerintahan, Luhut mengaku bisa melihat dengan jernih apa saja kelemahan dan kelebihan Indonesia yang bisa dimanfaatkan untuk mendukung target pertumbuhan tersebut.
Baca Juga: Keponakan Luhut Resmi Jadi Bos Danantara?
Ia pun optimistis target 8 persen bukanlah angka yang mustahil, asalkan seluruh elemen bangsa kompak. Luhut mengingatkan agar semua pihak tak sibuk saling menyerang atau mencerca. Kritik tetap diperlukan, tetapi harus dilakukan secara bijak dan membangun, bukan dengan cara yang ekstrem atau berlebihan.
“Dan menurut saya, bukan angka yang terlalu sulit kalau kita kompak. Jadi kuncinya kita kompak, jangan buru-buru terus mencerca kiri-kanan, kiri-kanan itu. Memang tidak perlu, tidak boleh juga ekstrim kita untuk melakukan koreksi-koreksi atau kritik-kritik, tapi kritik itu menurut saya sangat perlu,” imbuhnya.