Sebagai praktiknya, dari Jepang, Kepala Dinas Perencanaan dan Teknis Badan Pengembangan Kota Tokyo Metropolitan Government, Mr. Kitaura Ken, memaparkan strategi “Basic Policy on Heavy Rainfall Countermeasures” yang diterbitkan pada Desember 2023. Tokyo mengembangkan lima langkah utama untuk menghadapi hujan ekstrem, antara lain peningkatan sistem drainase, pengelolaan sungai, pengendalian daerah aliran sungai, pembangunan infrastruktur hijau, serta sistem evakuasi dan informasi risiko.
Sementara itu, dalam pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH), Direktur Dukungan Kegiatan Lingkungan Dinas Taman dan Ruang Hijau Kota Yokohama, Katauke Akira, menekankan pentingnya Basic Plan for Water and Green Spaces yang berfokus pada tiga pilar: melindungi hutan untuk generasi mendatang, menciptakan ruang pertanian produktif dan berkelanjutan, serta menumbuhkan ruang hijau perkotaan yang menjadi tempat masyarakat berinteraksi.
Dari Indonesia, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat, Ai Saadiyah Dwidaningsih, memaparkan kebijakan daerah terkait pengendalian alih fungsi lahan serta gerakan Leuweung Hejo untuk pelestarian hutan dan lingkungan. Program ini mengintegrasikan pelestarian hutan ke dalam kegiatan instansi pemerintah, dunia usaha, pendidikan, dan masyarakat, dengan aksi nyata seperti penanaman pohon, perlindungan mata air, dan pemulihan lahan kritis.
Sementara itu, Plt. Kepala Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta, Ericson, menjelaskan langkah mitigasi banjir melalui pembangunan embung, saluran pengendali air, pengerukan waduk, serta pengembangan sistem sub-polder di titik-titik genangan. Jakarta juga menerbitkan Peraturan Gubernur Nomor 1 Tahun 2024 tentang Rencana Penanggulangan Bencana Daerah, yang memperkuat koordinasi antar-OPD dalam menghadapi curah hujan ekstrem dan potensi banjir.
Selain berbagi praktik kebijakan daerah, seminar ini juga menyoroti hubungan sister city antara Desa Mas (Bali, Indonesia) dan Kota Misato (Prefektur Shimane, Jepang) yang telah terjalin sejak tahun 1991. Kerja sama ini berkembang dari pertukaran budaya dan kerajinan menjadi kolaborasi di bidang pendidikan, ekonomi, dan pelatihan tenaga kerja.