SCG menyelenggarakan ESG Symposium 2024 Indonesia: Inclusive Green Growth for Golden Indonesia dalam upaya mendorong integrasi kegiatan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan guna mencapai pertumbuhan hijau atau Green Growth. SCG percaya bahwa ketahanan dan stabilitas lingkungan menjadi salah satu kunci resiliensi bangsa dalam mewujudkan visi "Indonesia Emas 2045" dan Net Zero Carbon Emission 2060.
President & CEO SCG, Thammasak Sethaudom, menyatakan bahwa keberlanjutan merupakan esensi bisnis SCG, bukan sekadar tujuan akhir. Melalui inovasi produk hijau dan pembangunan infrastruktur hijau di Indonesia, SCG terus terus mengeksplor inisiatif dalam menerapkan end-to-end kegiatan operasional dan bisnis keberlanjutan.
Baca Juga: SCG Dorong Transformasi Bisnis di Indonesia untuk Capai Pertumbuhan Hijau Inklusif
“Kami mendukung rencana strategis Indonesia Emas 2045 melalui transformasi di berbagai bidang, termasuk lingkungan. Cita-cita ini dapat terwujud dengan kolaborasi yang terstruktur, dan kami siap menjadi mitra utama Indonesia,” jelas Thammasak.
Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam,Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Vivi Yulaswati, menambahkan bahwa pemerintah mendukung transisi ekonomi hijau untuk menurunkan emisi kumulatif hingga 51,5% pada 2045, menciptakan lapangan kerja berkualitas, serta menarik investasi.
“Kami berharap ESG Symposium ini mendorong kolaborasi lintas sektor, dengan pemerintah menyediakan regulasi pendukung dan industri mempercepat inovasi untuk transisi ekonomi hijau,” ujar Vivi.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menegaskan bahwa kebijakan sektor energi berfokus pada ketahanan energi dan transisi berkeadilan. Pemerintah juga akan mempercepat perizinan dan meningkatkan return on investment (IRR) sebesar 1,5% guna mendukung transformasi energi berkelanjutan.
“Untuk mencapai Net Zero Emission, energi terbarukan perlu ditingkatkan tiga kali lipat, efisiensi energi dua kali lipat, dengan geothermal sebagai andalan utama karena potensinya mencapai 23 GW,” jelas Eniya.
Country Director SCG di Indonesia, Warit Jintanawan, menyoroti pentingnya transisi dari energi fosil ke energi terbarukan sebagai bagian dari implementasi strategi ESG yang signifikan dalam SGC di Indonesia. Langkah ini mampu mengurangi risiko perubahan iklim sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
“Manfaat ini akan terasa dalam jangka panjang, mulai dari ketersediaan sumber daya alam, hingga konduksifitas yang menciptakan peluang ekonomi, seperti menarik investasi asing dan menciptakan lapangan kerja baru. Inilah indikator-indikator pertumbuhan ekonomi hijau yang kami sasar,” jelas Warit.
Presiden Direktur SCG Indonesia, Peramas Wajananat, memaparkan pencapaian pabrik Semen Jawa dalam menerapkan teknologi, seperti penerapan Alternative Fuel and Raw (AF/AR) dalam pengolahan B3 dan non-B3, Refuse Derived Fuel (RDF) untuk mengolah sampah menjadi energi alternatif yang mengurangi 20% penggunaan bahan bakar fosil, hingga pengembangan Carbon Capture untuk mengurangi emisi karbon.
“Semua untuk mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan efisiensi demi menciptakan bisnis yang hijau dan berkelanjutan,” jelas Peramas.
Atas berbagai upaya berkelanjutan yang dilakukan, SCG secara global meraih skor tertinggi dari Dow Jones Sustainability Indices (DJSI) dalam kategori Bahan Bangunan. Top 1 dalam S&P Global Corporate Sustainability Assessment atas perjalanannya selama 20 tahun sebagai DJSI Global Sustainability Leader. Prestasi ini merupakan bukti nyata dari komitmen perusahaan terhadap praktik ESG 4 Plus, mencakup upaya Net Zero, menciptakan produk hijau dan industri hijau (Go Green), menekan kesenjangan sosial (Reduce Inequality), dan merangkul kolaborasi (Embrace Collaboration).
Melalui ESG Symposium 2024, SCG berharap dapat memperkuat kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam mewujudkan ekonomi hijau yang inklusif. Dengan langkah ini, target Indonesia Emas 2045 dan Net Zero Carbon Emission 2060 dapat tercapai.