SCG menegaskan komitmennya untuk mendukung pertumbuhan hijau inklusif (Inclusive Green Growth) di Indonesia dalam agenda Indonesia Net-Zero Summit (INZS) 2024, konferensi iklim terbesar di Indonesia. Dalam 12 bulan terakhir, diketahui dunia mengalami suhu terpanas dalam sejarah, menandakan transisi dari global warming ke global boiling. Perubahan iklim ekstrem ini, yang ditandai oleh kenaikan suhu rata-rata 1,63 derajat Celcius di atmosfer, lautan, dan daratan, sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia.
Mewakili SCG sebagai panelis dalam konferensi INZS 2024, Peramas Wajananawat, Cement Plant Director SCG Indonesia dan Presiden Direktur PT Semen Jawa & PT Tambang Semen Sukabumi, menyampaikan inisiatif SCG sebagai solusi atas tantangan tersebut dengan mengajak pelaku industri di Indonesia untuk melakukan transformasi kegiatan bisnisnya dengan mengadopsi nilai-nilai keberlanjutan dan prinsip ESG (Lingkungan, Sosial, dan Tata kelola), mulai dari mengelola modal, menggunakan sumber daya, dan menjalankan proses produksinya. Keputusan-keputusan strategis tersebut mendukung upaya dekarbonisasi dan menekan risiko perubahan iklim, terlebih jika dilakukan secara kolektif.
Baca Juga: Targetkan Pasar India, Kinerja Semester I/2024 SCG Disokong Kuat Pertumbuhan Vietnam dan Indonesia
"Untuk mencapai kerangka kerja ESG 4 Plus dengan target reduksi emisi sebesar 25% pada tahun 2030, perlu kolaborasi banyak pihak. Dalam waktu lima tahun mendatang, target pertama kami adalah menurunkan faktor klinker hingga 75% untuk mengurangi emisi CO2. Selain itu, kita juga menargetkan instalasi energi terbarukan melalui solar panel dengan kapasitas 2.000 MWh setiap tahun. Pada akhirnya, kegiatan bisnis tidak hanya akan memberikan kontribusi ekonomi, tetapi juga menghasilkan Inclusive Green Growth atau pertumbuhan hijau untuk masa depan ekonomi Indonesia," ujar Peramas, Selasa (27/8/2024).
Untuk mencapai tujuan Inclusive Green Growth tersebut, SCG melalui anak perusahaannya di Indonesia, PT Semen Jawa dan PT Tambang Semen Sukabumi, telah melakukan transformasi di sejumlah aspek dalam organisasi dengan mengusung nilai ESG 4 Plus, yaitu:
1. Transformasi energi dan sumber daya
Pelaku industri perlu mengurangi ketergantungan pada energi fosil dengan mengeksplorasi sumber energi alternatif untuk mengurangi emisi. Sebagai langkah awal, SCG menargetkan pengurangan emisi dari produksi semen dan beton sebesar 25% pada tahun 2030.
Sejumlah inisiatif untuk mencapai target tersebut antara lain dengan meningkatkan penggunaan biomassa sebagai bahan bakar alternatif, seperti sekam padi, serbuk kayu, dan limbah kayu yang telah mencapai 20% dari total bahan bakar, serta meningkatkan penggunaan bahan baku alternatif seperti abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash).
2. Transformasi pengelolaan limbah
Salah satu proyek penting dalam upaya ini adalah pembangunan fasilitas Refuse-Derived Fuel (RDF) di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cimenteng, Sukabumi. Fasilitas ini akan mengolah hingga 300 ton sampah per hari menjadi bahan bakar alternatif untuk produksi semen. Selain membantu mengurangi emisi karbon, proyek ini juga berkontribusi pada pengelolaan sampah yang lebih baik di wilayah tersebut. Fasilitas ini diperkirakan akan mulai beroperasi pada akhir tahun 2024.