Milestone Bisnis
Meski usaha salonnya berjalan baik, namun perjalanan Martha dalam berbisnis tak semulus yang dibayangkan. Menurutnya saat itu, mayoritas orang Indonesia masih berpikir kalau produk luar negeri lebih baik ketimbang produk buatan negeri sendiri. Alhasil Marta kesulitan untuk memasarkan produk kecantikannya.
Lantas, pada tahun 1972, Martha pun pergi ke Eropa untuk belajar ramu-ramuan. Ia mengunjungi pabrik Yves Rocher di Prancis, Mary Quant di Inggris, dan Hartleben di Jerman Barat. Kembali ke Indonesia, didirikannya Martha Griya Salon yang memperkenalkan perawatan tradisional.
Karena pada saat itu tidak banyak referensi tentang produk perawatan dalam negeri, Martha terpaksa mendatangi dukun-dukun beranak, selain belajar dari neneknya, Pranoto Liem alias Mak Oco, yang ahli membuat jamu. Berkat jamu dari Mak Oco pula, di usia 42 tahun Martha berhasil melahirkan anak pertamanya, Wulan Tilaar. Resep jamu penyubur itulah yang kemudian diabadikannya lewat produk Kaplet Wulandari.
Pada tahun 1975, Martha sempat menjalin kerjasama dengan Mooryati Soedibyo yang mendirikan perusahaan kosmetik Mustika Ratu . Namun karena perbedaan visi misi, mereka mengakhiri kerjasama tersebut.
Menginjak tahun 1977, Martha pun melebarkan bisnisnya dengan membangun perusahaan kosmetik dan jamu modern bernama PT Martina Berto, dan meluncurkan brand Sariayu sebagai produk pertamanya. Perusahaan itu merupakan buah kerjasama antara Martha Tilaar dengan Bernard Pranata dan Theresia Harsini Setiady, pendiri Kalbe Group.
Lalu, pada 1981, PT Martina Berto mendirikan pabriknya sendiri di kawasan industri Pulogadung dan kembali mendirikan pabrik kedua pada 1983 di wilayah yang sama. Di tahun yang sama pula, Martha mendirikan PT Sari Ayu Indonesia, khusus sebagai distributor produk kosmetika Sariayu Martha Tilaar.
Lalu, Martha pun membuka pabrik kedua, kali ini di Jalan Pulo Kambing II/1, masih di area yang sama yakni di Kawasan Industri Pulo Gadung yang kali ini diresmikan oleh Nyonya Karlinah Umar Wirahadikusumah, istri Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah.
Baca Juga: Prinsip Martha Tilaar dalam Mendidik Anak, Pentingnya Menanamkan Mental 'Fight'
Sepanjang tahun 1988-1995 PT Martina Berto pun mengakuisisi sejumlah perusahaan, seperti PT Kurnia Harapan Raya, PT Cempaka Belkosindo Indah, PT Cedefindo, PT Estrella Lab, dan PT Kreasi Boga. Saat itu, Marha mengandalkan kekuatan riset dan 37 peneliti di Martha Tilaar's Innovation Center (MTIC).
Ia pun sukses memproduksi merek kosmetika, perawatan tubuh, spa, dan jamu yang dikenal hingga mancanegara. Sebut saja Sariayu, Caring, Belia, Rudy Hadisuwarno Cosmetics, Biokos, Professional Artist Cosmetics (PAC), Aromatic, Jamu Garden, dan Dewi Sri Spa. Sebagai korporasi, Martha Tilaar Group juga berhasil meraih ISO 9001, ISO 14000, dan Sertifikasi GMP di Asia pada 1996.
Kemudian, pada tahun 1999 Martha Tilaar beserta anggota keluarga berkesempatan membeli seluruh saham PT Kalbe Farma yang ada pada PT Martina Berto. Sejak saat itulah Martha Tilaar dan keluarga menguasai sepenuhnya saham PT Martina Berto. Bersamaan itu dilakukanlah konsolidasi perusahaan digabungkan ke dalam Martha Tilaar Group.
Kini Martha Tilaar Group terdiri atas beberapa perusahaan di berbagai bidang. Mulai dari PT Martina Berto Tbk yang bergerak di pemasaran dan produksi, PT Cedefindo perusahaan produksi dan maklon, PT SAI Indonesia perusahaan distributor dan logistik, PT Martha Beauty Gallery yakni sekolah dan pendidikan kecantikan Puspita Martha International School, PT Cantika Puspa Pesona perusahaan jasa spa dan salon, serta PT Kreasi Boga Primatama perusahaan penyedia tenaga kerja.
Kerap Diremehkan
Banyak kisah yang membuat Martha Tilaar terpacu untuk bisa sukses hingga kini, salah satunya karena saat mengawali karier dirinya pernah diremehkan karena statusnya sebagai seorang perempuan. Ia pun tak jarang mendapat penolakan dari bank saat ingin mengajukan kredit usaha.
Tak berhenti di situ, perjalanan pahit juga pernah dirasakan Martha saat ingin memasarkan produk di pusat perbelanjaan. Menurutnya, banyak teman-temannya yang tidak mempercayai produk masker herbal dan lulurnya.
"Teman-teman saya mengira saya adalah orang gila yang ingin menjadi dukun atau penyihir agar cepat kaya," tuturnya dikutip dari BBC.
Namun, hal itu ötak lantas membuat Martha menyerah. Ia malah lebih terpacu untuk membuktikan produknya akan sukses di kemudian hari. Terbukti, saat ini brand Sariayu sudah berjejer di pusat perbelanjaan Indonesia dan mendapat berbagai penghargaan bergengsi.
Baca Juga: Kilala Tilaar Ungkap Hal Ini yang Jadi Tantangan Jalankan Bisnis Keluarga