Sejarah Kebun Binatang Ragunan

Kebun Binatang Ragunan tak pernah sepi pengunjung di akhir pekan, tapi tahukah kamu ada sejarah panjang di baliknya?

Seperti dilansir dari situs resmi Taman Margasatwa Ragunan, kebun binatang ini didirikan pada tanggal 19 September tahun 1864 di Batavia ( kini Jakarta ) dengan nama “Planten en Dierentuin” ini pertama kali dikelola oleh perhimpunan penyayang Flora dan Fauna Batavia (Culturele Vereniging Planten en Dierentuin at Batavia ).

Taman ini berdiri di atas lahan seluas 10 hektar di Jalan Cikini Raya No 73 yang di hibahkan oleh Raden Saleh, pelukis ternama di Indonesia.

Setelah Indonesia Merdeka, pada tahun 1949 namanya diubah menjadi Kebun Binatang Cikini. Dengan perkembangan Jakarta, Cikini menjadi tidak cocok lagi untuk peragaan satwa. Pada tahun 1964, pada masa Gubernur DKI Jakarta Dr. Soemarno dibentuk Badan Persiapan Pelaksanaan Pembangunan Kebun Binatang untuk memindahkan dari Jl. Cikini Raya no 73 Ke Pasar Minggu Jakarta Selatan yang diketuai oleh Drh. T.H.E.W. Umboh. , Pemerintah DKI Jakarta menghibahkan lahan seluas 30 ha di Ragunan , Pasar Minggu. Jaraknya kira-kira 20 Km dari pusat kota. Kepindahan dari Kebun Binatang Cikini ke Ragunan membawa lebih dari 450 ekor satwa yang merupakan sisa koleksi terakhir dari Kebun Binatang Cikini.

Kebun Binatang Ragunan ini dibuka secara resmi pada 22 Juni 1966 oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, dengan nama Taman Margasatwa Ragunan (TMR).

Pada tahun 1974 Taman Margasatwa Ragunan dipimpin oleh Benjamin Galstaun direktur pertama waktu itu. Kemudian, pada tahun 1983 berubah namanya menjadi Badan Pengelola Kebun Binatang Ragunan. Kemudian, pada tahun 2001 berubah lagi menjadi Kantor Taman Margasatwa Ragunan. Lalu, tahun 2009 berubah menjadi UPT (Unit Pelayanan Teknis) Taman Margasatwa Ragunan.

Pada tahun 2010, namanya kembali berubah menjadi BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) Taman Margasatwa Ragunan. Kemudian, tahun 2015 BLUD Taman Margasatwa Ragunan berubah namanya menjadi Kantor Pengelola Taman Margasatwa Ragunan sesuai dengan Perda Nomor 12 Tahun 2014 tentang Organisasi Perangkat Daerah.

Salah satu keunggulan Taman Margasatwa Ragunan sendiri adalah adanya Pusat Primata Schmutzer. Pusat Primata Schmutzer merupakan salah satu pusat primata berkelas internasional yang berperan dalam konservasi primata Indonesia. Terdapat orangutan, gorila, simpanse, dan jenis-jenis primata langka dari dalam dan luar negeri di kompleks seluas 13 hektar tersebut. 

Pusat Primata Schmutzer ini dilengkapi dapur makanan satwa, ruang teater pemutaran film dokumenter, diorama satwa dan perpustakaan.

Kini, di Taman Margasatwa Ragunan sendiri terdapat 2.009 ekor satwa serta ditumbuhi lebih dari 20.000 pohon. Kebun binatang ini berdiri di atas lahan seluas 147 hektar dan jadi kebun binatang terbesar kedua di dunia.

Taman Margasatwa Ragunan juga jadi salah satu paru-paru kota dan pendukung simpanan air tanah. Sekarang, taman margasatwa itu tak saja menjadi lokasi wisata favorit warga DKI Jakarta dan sekitarnya, tetapi juga sebagai kawasan konservasi, pendidikan dan penelitian, serta hutan kota. 

Kekayaan flora Ragunan bertambah dengan berdirinya Taman Anggrek Indonesia Permai di seberang Taman Margasatwa Ragunan. Dengan ratusan anggrek yang bermekaran, beragam jenis bromelia dan tanaman udara tillandsia, taman ini menjadi surga bagi pecinta tanaman hias.

Baca Juga: Mengeksplorasi Portofolio Bisnis Properti Milik Dato Sri Tahir di Bawah Payung Mayapada Group