Pengusaha yang juga tokoh filantropis Tanah Air, Dato Sri Tahir, selama ini dikenal sebagai sosok yang dermawan. Melalui yayasan Tahir Foundation, orang terkaya di Indonesia urutan ke-7 versi Forbes per Agustus 2024 ini telah menunjukkan kiprahnya di bidang amal.
Misalnya, ia pernah memberikan 10 unit armada bus Transjakarta ditambah uang Rp 6 miliar yang saat itu diterima langsung oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, atau pengobatan gratis untuk anak-anak penderita kanker.
Tak hanya itu, lewat Tahir Foundation, pemilik kelompok bisnis ini juga menjadi miliarder pertama Indonesia yang masuk dalam Bill & Melinda Gates Foundation, organisasi nirlaba buatan miliarder terkaya sejagat Bill Gates.
Dan siapa sangka, selain concern dalam hal kemanusiaan, pria yang bernama asli Ang Tjoen Ming ini pun ternyata concern juga terhadap keberlangsungan satwa Tanah Air. Tak pelak, ia pun didapuk Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok kala itu sebagai Ketua Dewan Pengawas Taman Margasatwa Ragunan (TMR).
Dengan jabatannya itu, Tahir pun berambisi menjadikan Ragunan sebagai kawasan wisata terintegrasi layaknya di Victoria Island Kanada.
Lantas, seperti apa kisah Tahir dalam mengurus Kebun Binatang Ragunan? Mengutip dari berbagai sumber, Jumat (23/08/2024), berikut Olenka himpun sejumlah informasi terkaitnya.
Baca Juga: Kisah Menyentuh Dato Sri Tahir di Balik Pendirian RS Mayapada
Kiprah Tahir Urus Kebun Binatang Ragunan
Pada pertengahan tahun 2015 lalu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menunjuk CEO Mayapada Group, Dato Sri Tahir, sebagai Ketua Dewan Pengawas Taman Margasatwa Ragunan (TMR) yang baru menggantikan posisi Hashim Djojohadikusumo yang mundur dari jabatan itu pada (10/12/2014) lalu.
Kala itu, Ahok menilai Tahir sebagai orang yang murah hati dalam memberi dan dapat dipercaya. Selain itu, kata Ahok, Tahir adalah tokoh yang memiliki banyak pengalaman untuk mengelola berbagai usaha. Saking profesionalnya, lanjut Ahok, Tahir juga dipercaya menjadi penasihat Panglima TNI Jenderal Moeldoko.
Mantan Bupati Belitung Timur itu pun meyakini Tahir bisa memperbaiki wajah buram Taman Ragunan agar lebih cantik sehingga bisa membujuk wisatawan dari kelas ekonomi bawah hingga ekonomi atas. Sebab, tidak sedikit masyarakat kelas atas lebih memilih berwisata ke kebun binatang di Singapura ketimbang dalam negeri.
Selang ditunjuk sebagai Ketua Dewan TMR, Tahir pun berambisi ingin Ragunan tidak hanya sekadar menjadi kebun binatang. Ia ingin menambah wahana wisata lain dan merombak semua fasilitas yang berada di Ragunan.
Diketahui, untuk mewujudkan mimpinya itu, Tahir pun sudah mengimpor peralatan dan wahana dengan biaya US$3 juta dari Tiongkok dan dana itu hibah kepada TMR. Langkah itu, menurut Tahir, dilakukan demi membangun sebuah taman rekreasi di wilayah Jakarta Selatan untuk mengimbangi Dunia Fantasi (Dufan) di Jakarta Utara.
Selain taman bermain mirip Dufan, salah satu yang harus dieksekusi menurut Tahir adalah winter garden, yaitu konsep taman abadi dimana bunga dan tanaman akan tetap segar meski di musim kemarau melalui teknik pendingin. Hal ini mirip dengan taman ala winter garden di Victoria Island Kanada, yaitu pulau wisata terkenal di negara tersebut.
Tak hanya itu, Tahir bertekad untuk menyiapkan taman rekreasi di Ragunan dengan pusat penjualan souvenir dan kerajinan, sehingga memiliki nilai tambah. Selain itu, Tahir juga berencana mengundang investor untuk ikut membiayai pembangunan wahana kincir raksasa di Ragunan layaknya London Eye di London atau Singapore Flyer di Singapura.
Tahir mengatakan, adanya pembenahan untuk Ragunan tersebut bukan berarti akan dikomersilkan oleh pengusaha. Namun dana itu berbentuk CSR baik dari Tahir Foundation maupun para pengusaha lainnya. Saat itu Tahir menambahkan, sudah saatnya para pihak swasta turut berpartisipasi atas pembenahan hingga pembangunan.
Namun, belum tuntas mimpi Tahir menjadikan kebun binatang Ragunan menjadi yang berkelas internasional, di bawah gubernur baru DKI saat itu, Anies Baswedan, adik Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo muncul kembali. Atas dasar kecintaannya terhadap dunia fauna, dia mengaku kembali ingin menduduki posisinya sebagai dewan pengawas ragunan yang saat itu dipegang oleh Tahir.
Baca Juga: Daftar Portofolio Bisnis Sektor Keuangan Milik Dato Sri Tahir
Sejarah Kebun Binatang Ragunan
Kebun Binatang Ragunan tak pernah sepi pengunjung di akhir pekan, tapi tahukah kamu ada sejarah panjang di baliknya?
Seperti dilansir dari situs resmi Taman Margasatwa Ragunan, kebun binatang ini didirikan pada tanggal 19 September tahun 1864 di Batavia ( kini Jakarta ) dengan nama “Planten en Dierentuin” ini pertama kali dikelola oleh perhimpunan penyayang Flora dan Fauna Batavia (Culturele Vereniging Planten en Dierentuin at Batavia ).
Taman ini berdiri di atas lahan seluas 10 hektar di Jalan Cikini Raya No 73 yang di hibahkan oleh Raden Saleh, pelukis ternama di Indonesia.
Setelah Indonesia Merdeka, pada tahun 1949 namanya diubah menjadi Kebun Binatang Cikini. Dengan perkembangan Jakarta, Cikini menjadi tidak cocok lagi untuk peragaan satwa. Pada tahun 1964, pada masa Gubernur DKI Jakarta Dr. Soemarno dibentuk Badan Persiapan Pelaksanaan Pembangunan Kebun Binatang untuk memindahkan dari Jl. Cikini Raya no 73 Ke Pasar Minggu Jakarta Selatan yang diketuai oleh Drh. T.H.E.W. Umboh. , Pemerintah DKI Jakarta menghibahkan lahan seluas 30 ha di Ragunan , Pasar Minggu. Jaraknya kira-kira 20 Km dari pusat kota. Kepindahan dari Kebun Binatang Cikini ke Ragunan membawa lebih dari 450 ekor satwa yang merupakan sisa koleksi terakhir dari Kebun Binatang Cikini.
Kebun Binatang Ragunan ini dibuka secara resmi pada 22 Juni 1966 oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, dengan nama Taman Margasatwa Ragunan (TMR).
Pada tahun 1974 Taman Margasatwa Ragunan dipimpin oleh Benjamin Galstaun direktur pertama waktu itu. Kemudian, pada tahun 1983 berubah namanya menjadi Badan Pengelola Kebun Binatang Ragunan. Kemudian, pada tahun 2001 berubah lagi menjadi Kantor Taman Margasatwa Ragunan. Lalu, tahun 2009 berubah menjadi UPT (Unit Pelayanan Teknis) Taman Margasatwa Ragunan.
Pada tahun 2010, namanya kembali berubah menjadi BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) Taman Margasatwa Ragunan. Kemudian, tahun 2015 BLUD Taman Margasatwa Ragunan berubah namanya menjadi Kantor Pengelola Taman Margasatwa Ragunan sesuai dengan Perda Nomor 12 Tahun 2014 tentang Organisasi Perangkat Daerah.
Salah satu keunggulan Taman Margasatwa Ragunan sendiri adalah adanya Pusat Primata Schmutzer. Pusat Primata Schmutzer merupakan salah satu pusat primata berkelas internasional yang berperan dalam konservasi primata Indonesia. Terdapat orangutan, gorila, simpanse, dan jenis-jenis primata langka dari dalam dan luar negeri di kompleks seluas 13 hektar tersebut.
Pusat Primata Schmutzer ini dilengkapi dapur makanan satwa, ruang teater pemutaran film dokumenter, diorama satwa dan perpustakaan.
Kini, di Taman Margasatwa Ragunan sendiri terdapat 2.009 ekor satwa serta ditumbuhi lebih dari 20.000 pohon. Kebun binatang ini berdiri di atas lahan seluas 147 hektar dan jadi kebun binatang terbesar kedua di dunia.
Taman Margasatwa Ragunan juga jadi salah satu paru-paru kota dan pendukung simpanan air tanah. Sekarang, taman margasatwa itu tak saja menjadi lokasi wisata favorit warga DKI Jakarta dan sekitarnya, tetapi juga sebagai kawasan konservasi, pendidikan dan penelitian, serta hutan kota.
Kekayaan flora Ragunan bertambah dengan berdirinya Taman Anggrek Indonesia Permai di seberang Taman Margasatwa Ragunan. Dengan ratusan anggrek yang bermekaran, beragam jenis bromelia dan tanaman udara tillandsia, taman ini menjadi surga bagi pecinta tanaman hias.
Baca Juga: Mengeksplorasi Portofolio Bisnis Properti Milik Dato Sri Tahir di Bawah Payung Mayapada Group