Indonesia, sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, seharusnya menjadi tujuan utama bagi perusahaan asing yang ingin memperluas pasar dan berinvestasi. Dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa dan posisi geografis yang strategis, Indonesia menawarkan potensi pasar yang sangat besar.
Namun, meskipun potensi pasar ini menjanjikan, masih ada sejumlah perusahaan asing yang enggan atau belum mau berinvestasi di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari sisi ekonomi, regulasi, hingga ketidakpastian politik
Beberapa perusahaan besar yang memilih untuk tidak berinvestasi di Indonesia dalam waktu dekat atau bahkan menarik investasinya mencatatkan alasan-alasan di atas sebagai faktor utama.
Dikutip dari beberapa sumber pada Jumat (15/11/2024), ini beberapa nama perusahaan asing yang sempat mempertimbangkan atau berinvestasi di Indonesia, namun akhirnya batal:
1. Apple
Rencana Apple untuk mendirikan pabrik di Indonesia pada 2016 terhambat akibat masalah tambang ilegal yang hingga kini belum terselesaikan. Selain itu, ketika CEO Apple, Tim Cook, kembali berkunjung, ia menyatakan minat untuk berinvestasi dalam pembangunan infrastruktur pendidikan Apple Developer Academy senilai Rp1,6 triliun. Namun, hingga kini, Menteri Investasi belum menerima konfirmasi terkait hal tersebut.
Baca Juga: Mendorong Investasi Apple di Indonesia: Peluang dan Tantangan dalam Era Digital
2. BASF dan Eramet
Dua perusahaan Eropa, BASF dan Eramet, yang sebelumnya berencana membangun proyek Sonic Bay di Maluku Utara, akhirnya memutuskan untuk mundur. Keputusan ini diambil karena adanya perubahan kondisi pasar nikel global, khususnya pada jenis nikel yang digunakan untuk bahan baku baterai kendaraan listrik. Perubahan tersebut membuat kedua perusahaan tersebut merasa tidak perlu lagi berinvestasi atau menyuplai material untuk baterai kendaraan listrik.
3. Foxconn
Foxconn, perusahaan komponen elektronik asal Taiwan, pernah berencana untuk membangun pabrik baterai kendaraan listrik senilai USD8 miliar yang hingga kini belum terealisasi. Para ahli menyebutkan bahwa kegagalan ini terjadi karena Apple, yang merupakan klien utama Foxconn, tidak melanjutkan investasi di Indonesia, mengingat keputusan investasi Foxconn sangat dipengaruhi oleh kebijakan Apple.
Baca Juga: 16 Pengusaha Tambang Temui Jokowi di Istana, Bahas Investasi di IKN
4. SoftBank
Pada tahun 2020, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan bahwa SoftBank, bank asal Jepang, akan menjadi salah satu investor dalam pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan dengan nilai proyek mencapai USD40 miliar. Namun, kerjasama ini batal, meskipun alasan pastinya tidak diketahui, kerjasama tersebut dianggap lebih menguntungkan SoftBank daripada Indonesia.
5. Tesla
Tesla, yang dikenal dengan kendaraan listriknya, telah menunjukkan minat pada pasar Indonesia, tetapi sejauh ini belum ada investasi besar yang terwujud. Meskipun Indonesia memiliki cadangan nikel yang besar, yang digunakan dalam produksi baterai kendaraan listrik, Tesla masih memilih negara lain seperti China dan Eropa untuk menempatkan pabrik mereka. Faktor utama yang menghambat adalah infrastruktur yang belum memadai serta regulasi yang masih tidak menentu terkait dengan kendaraan listrik.
Baca Juga: Perjalanan Brand BYD Masuki Pasar Otomotif Indonesia: Raja Dunia yang Berhasil Kalahkan Tesla!
6. Uber Technologies Inc.
Uber, meskipun pernah berhasil masuk ke pasar Indonesia, akhirnya memutuskan untuk keluar pada tahun 2018 setelah kesulitan dalam bersaing dengan Gojek dan Grab yang sudah lebih dahulu menguasai pasar. Salah satu faktor yang memengaruhi keputusan ini adalah regulasi yang ketat terkait transportasi online, serta biaya operasional yang tinggi di Indonesia.