Ia pun memutuskan mengecek langsung kondisi lapangan. Ternyata, rel di Lampung dan Sumatera Selatan mayoritas digunakan untuk mengangkut batubara dari Muara Enim atau Tanjung Enim menuju Tarahan.
Saat meninjau tempat muat batubara, ia menemukan fakta mengejutkan.
“Saya ke tempat muat batubara, saya periksa ada timbangannya nggak? Nggak ada. Pasang timbangan. Begitu dipasang timbangan, relnya nggak aus. Karena beban gandarnya nggak melebihi,” jelasnya.
Jonan pun menceritakan bagaimana langkah praktisnya itu membuat banyak orang terkejut, termasuk Profesor Wirat.
“Profesor Wirat itu kagum juga sama saya. Nggak pakai sekolah bisa begitu,” ujarnya sambil tertawa kecil.
Bagi Jonan, kunci menyelesaikan masalah bukan semata teori, melainkan akal sehat yang diterapkan dengan keberanian mengambil keputusan.
“Banyak hal yang bisa dilakukan dalam hidup itu dengan menggunakan apa? Nah, akal sehat,” tegasnya.
Dan, berkat kebijakan sederhana menormalkan beban gandar kereta batubara tersebut, keausan rel bisa ditekan, dan KAI berhasil menghemat hampir Rp400 miliar dalam setahun.
“Itu mengurusi rel tingkat keausannya dinormalkan, itu setahun menghemat hampir Rp400 miliar waktu itu,” tandas Jonan.
Baca Juga: Ignasius Jonan: Jangan Asal Punya Visi!