Wakil Sekretaris Jenderal Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC), Musdhalifah Machmud, menilai, perjalanan karier (khususnya untuk perempuan) tidak sekadar tentang meraih jabatan tinggi atau memenuhi ekspektasi profesional.

Bagi dirinya sendiri, ada fase terberat yang pernah ia hadapi sebagai perempuan pekerja, yaitu ketika harus memutuskan antara melanjutkan karier atau berhenti bekerja demi mengasuh anak-anaknya.

“Sebenarnya saya sebagai ibu rumah tangga, itu adalah fase terberat saya memilih untuk tetap bekerja, meninggalkan anak saya masih kecil-kecil. Karena waktu itu, saya harus lanjutkan cita-cita orang tua saya, ibu saya, supaya saya jadi wanita karir,” ujar Musdhalifah saat ditemui Olenka di Jakarta, baru-baru ini.

Musdhalifah pun mengenang bagaimana kedua orang tuanya menanamkan nilai bahwa perempuan juga berhak memiliki karier yang baik dan masa depan yang mandiri.

“Karena orang tua saya berharap betul bahwa kami, meskipun perempuan, bisa mendapat karir yang baik nanti kalau bekerja. Mendapat posisi yang bisa mereka banggakan. Semuanya bisa berjalan, karena pada saat itu juga ada proses,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa keputusan untuk tetap bekerja di tengah anak-anak yang masih kecil adalah momen penuh dilema. Ia mengaku sempat merasa anak-anaknya tidak terurus dengan baik karena kesibukan bekerja. Namun, doa dan dukungan keluarga menjadi kekuatan utama yang membuatnya bertahan.

Baca Juga: Makna Perjuangan bagi Sang Srikandi Sawit: Musdhalifah Machmud

“Saya berat sekali meninggalkan anak saya, saya berat sekali pergi bekerja, dan anak-anak tidak saya urus dengan baik. Alhamdulillah sih anak-anak tunggu. Dan waktu itu saya berdoa saja, ya Allah, mudah-mudahan anak-anak saya tinggal di belakang itu dapat yang terbaik juga dari siapapun ya, dilindungi oleh Allah,” paparnya.

Di tengah kegundahan itu, kata dia, sang suami menjadi sosok yang terus mendorongnya untuk tidak menyerah. Ia sempat terpikir berhenti bekerja, tetapi suaminya memintanya melanjutkan.

“Pada saat itu sempat saya sampaikan ke suami saya, saya berhenti bekerja saja ya. Kata suami saya, jangan. Saya bersyukur sekali, alhamdulillah almarhum suami saya mendorong terus saya untuk terus bekerja. Karena berapa kali saya give up,” terangnya.

Musdhalifah pun menyadari bahwa dalam setiap langkah perempuan pekerja, ada pengorbanan yang tidak ringan. Namun, dukungan keluarga menjadi kunci agar perempuan dapat tetap berdiri tegak, melangkah maju, dan menunaikan amanah hidupnya dengan penuh keyakinan.

“Kalau di rumah tidak ada (orang), saya kesulitan sekali, gimana anak-anak saya ini,” tandasnya.

Baca Juga: Deretan Srikandi Sawit Ternama di Indonesia