Lebih lanjut, dr. Tirta mengingatkan soal bahaya makan terlalu malam yang kerap diabaikan oleh banyak orang. Di malam hari, kata dia, metabolisme tubuh melambat karena sistem tubuh fokus pada proses perbaikan sel.

“Dan yang ketiga, ini pro kontranya adalah makan di malam hari. Semakin malam kita makan itu aktivitas pencernaan kita semakin lambat. Sudah ditakdirkan memang saat malam hari aktivitas organ kita tuh menurun drastis, kecuali recovery. Jadi seluruh energi kita di saat malam itu digunakan untuk perbaikan sel yang rusak,” paparnya.

Menurut dr. Tirta, kebiasaan makan larut malam juga berisiko memicu resistensi insulin, yang dalam jangka panjang bisa berkembang menjadi penyakit serius seperti diabetes, hipertensi, hingga stroke.

“Penyakit-penyakit itu enggak muncul tiba-tiba. Itu penyakit yang terakumulasi 20 sampai 30 tahun,” tegasnya.

Ia pun menekankan bahwa pola makan harus disesuaikan dengan kondisi tubuh masing-masing, termasuk jika seseorang memiliki masalah kesehatan seperti GERD.

“Kalau punya GERD, berarti makannya sering, tiap 3-4 jam, tapi dikit-dikit,” tukasnya.

Kemudian, dr. Tirta pun mengajak masyarakat untuk tidak meniru pola makan orang lain secara mentah-mentah, melainkan memulai dengan memahami diri sendiri, seperti aktivitas, usia, kondisi kesehatan, dan tujuan pribadi.

“Buat teman-teman ya, teman saya ada yang enggak sarapan, belum tentu kalian bisa. Apalagi kalau kalian kuli bangunan enggak sarapan, bisa-bisa masuk UGD, diinfus malah,” tandasnya.

Baca Juga: Cara Pandang Dokter Tirta soal Privilege: Tidak Ada Pengusaha yang Benar-benar dari Nol!