“Orang ini bukan karena kelakuan dia baik menjadi orang baik, tidak. Ini penting definisi ini. Bukan saya lakukan filantropi kalau saya baik, itu tidak,” tambahnya.
Berbeda dengan Bill Gates, kata Tahir. Ia menilai Bill Gates sebagai sosok visioner karena dedikasinya pada upaya pencegahan penyakit global. Dalam pandangan Tahir, kontribusi Gates terhadap pemberantasan polio dan malaria menjadi bukti nyata kerja keras yang sering kali tidak mendapatkan apresiasi langsung, meski dampaknya luar biasa bagi banyak masyarakat.
“Bill Gates berbeda. Bill Gates dia terus bicara tentang pencegahan. Bagaimana mencegah malaria, bagaimana saya keluarkan vaksin untuk polio.Paling polio di dunia ini bisa tinggal tiga negara, Nigeria, Pakistan, karena Bill Gates punya jasa,” kata Tahir.
“Dan orang yang menciptakan vaksin atau preventif, tidak pernah orang ucapkan terima kasih. Coba putera saya, puteri saya, cucu saya tidak kena polio. Saya tidak mungkin tulis surat ke Bill Gates saya terima kasih. Tapi dia yang kerjain. Ini great man,” sambungnya.
Dato Sri Tahir menegaskan pentingnya memahami latar belakang seorang tokoh sebelum memberikan penghormatan atas kegiatan filantropinya.
Baca Juga: Kesan Dato Sri Tahir: BPJS Kesehatan Sangat Membantu Masyarakat
“Jadi saya membedakan tokoh ini. Jangan karena dia kerja filantropi, lalu kita hormat-hormatin. Tidak. Saya mau tahu asal-usulnya apa,” ucap Tahir.
Ia mengkritisi pandangan bahwa filantropi dapat menutupi tindakan destruktif di masa lalu, dengan memberikan perbandingan yang tegas terhadap praktik-praktik seperti perjudian dan spekulasi yang merugikan banyak pihak.
“Ternyata asal-usulnya membobolkan negara, lalu jadi Robin Hood. Wah saya kerja juga sumbang, ini sumbang. Tidak. Orang yang kerja kasino juga banyak yang lakukan filantropi, tapi apa dia baik? Tidak pernah baik,” imbuhnya.