Pebisnis Hary Tanoesoedibjo merupakan salah satu orang tersukses yang menaungi beberapa perusahaan di Indonesia. Pebisnis ulung itu adalah pendiri serta penggerak utama kesuksesan MNC Group. Namun, di balik kesuksesannya, ia menyimpan cerita kenakalan yang membuatnya lebih berkembang.
Hary menceritakan dirinya adalah anak yang nakal saat sekolah. Mulai dari tidak pernah belajar, sering menyontek, hingga menjadi pemimpin saat tawuran antarsekolah yang membuatnya diskors selama enam bulan dan tidak bisa mengikuti ujian.
“Dulu tuh saya bandel, hampir tak pernah belajar, sering menyontek, dan saya suka memimpin sekolah saya untuk tawuran sehingga diskors,” ujarnya dilansir dari Daniel Mananta Network pada Selasa (17/12/2024).
Baca Juga: Cerita Hary Tanoe Jual Beli Bank Papan Sejahtera hingga Miliki Gedung di Usia 29 Tahun
Saat dalam masa skorsing, ibunya sering kali memberikan nasihat dan menyemangati dirinya. Ia menceritakan bahwa saat itu adalah salah satu titik rentannya, terutama karena aksinya dan komentar orang lain terhadapnya.
Awalnya, ia tidak menggubris ucapan ibunya. Namun, akhirnya ia tersadar saat melihat wajah ibunya. Dia mulai menyadari besarnya rasa cinta ibunya terhadap dirinya. Hal ini memberinya semangat untuk membuka lembaran baru.
Baca Juga: Kilas Balik Hary Tanoe Akuisisi 62 Televisi Lokal Demi Wujudkan Cita-Cita Ini
“Lalu saya memutuskan untuk sekolah kembali dan mengikuti ujian negara paket C. Setelah lulus, saya melanjutkan pendidikan ke luar negeri,” lanjutnya.
Hary mengatakan bahwa saat itu ia mulai rajin belajar. Ia berjanji kepada dirinya sendiri untuk berubah dari yang awalnya sangat malas menjadi sangat rajin. Meskipun awalnya terasa sulit, tetapi dia berhasil membangun kebiasaan baik yang sebelumnya tidak bisa ia lakukan.
“Saya mencari cara untuk membuat belajar menjadi kebiasaan, seperti saya membalsam mata saya hingga belajar sambil berdiri untuk menahan kantuk,” ungkapnya.
Baca Juga: Cerita Hary Tanoe Temukan 'Formula' Khusus Bangun Bisnis Televisi Tiru Meksiko
Setelah menyelesaikan studinya, Hary pulang ke Indonesia dan mengutarakan niatnya kepada ayahnya untuk membuat usaha sendiri di bidang broker. Karena saat itu Surabaya masih sepi, ia memutuskan pindah ke Jakarta dengan membawa istri dan anaknya.
“Jadi pada krisis 1998, mulai terpikir untuk melakukan merger dan akuisisi. Saat itu modal saya sedikit. Kalau ingin melakukan akuisisi, lebih baik yang bagus sekalian perusahaan besar. Sisanya bisa mencari mitra atau pihak asing,” jelasnya.
Selama tiga sampai empat tahun, Hary melakukan akumulasi dan berhasil menjadikannya salah satu bagian yang sukses, meskipun dalam situasi sulit. Ia melakukan jual-beli perusahaan yang memberinya keuntungan dari penjualan tersebut.
Baca Juga: Strategi Hary Tanoesoedibjo dalam Berbisnis, Mulai dari Krisis hingga Kesuksesan
“Hingga pada 2001, terpikir it’s time to build something, to build something that I can create legacy. Dari situ muncul MNC dan RCTI,” tambahnya.
Hal pertama yang Hary bangun saat itu adalah media. Pertama, karena saat itu ia memiliki kesempatan, dan kedua, karena menurutnya banyaknya penduduk Indonesia mengakibatkan konsumsi terhadap media juga besar.