Muhammad Saleh Kurnia merupakan pria kelahiran 1 Desember 1934 di Sukabumi, Jawa Barat yang besar di Jakarta. Masa-masa sulit yang dilaluinya saat tumbuh dewasa menjadikannya pribadi yang tangguh dan berani. Kesemua hal itu membawanya pada prestasi luar biasa di tahun 1971, tepatnya pada tanggal 23 Agustus, dengan dibukanya gerai pertama Hero Mini Supermarket.

Tumbuh di Jakarta, Kurnia kecil harus tutun tangan membantu keluarganya. Selepas sekolah, dia yang tak punya waktu bermain dengan teman-temannya harus langsung bekerja untuk mengumpulkan uang dengan menjual makanan. Bersama sang kakak, Wu Guo Chang, Kurnia berusaha menjalankan bisnis dengan serius lewat CV (Commanditaire Vennootschap) bernama CV. Hero di tahun 1954.

Baca Juga: Kisah Pendirian Perusahaan Pakuwon Jati

Tak berjalan mulus, bisnis tersebut ditinggalkan Wu Guo Chang yang mengundurkan diri dari CV. Hero pada tahun 1959. Ditinggal sang kakak sekaligus partner bisnis, Kurnia tidak putus asa dan tetap optimis dengan prospek ritel bisnis Hero dalam makanan dan minuman impor. Menurutnya, kunci kesuksesan terletak pada dua hal: pertama, mengambil kesempatan pada waktu yang tepat; kedua, tergantung pada visi untuk bertumbuh sang pengusaha.

Kesempatan itu datang di tahun 70-an. Kurnia jeli melihat peluang dari banyaknya orang asing yang bolak-balik ke Singapura hanya untuk berbelanja makanan barat dan minuman. “Ini adalah kesempatan, kita bisa mengimpor makanan dan minuman yang mereka butuhkan dan kita bisa menjualnya lagi di Jakarta," kata Kurnia mengutip laman resmi DFI Nusantara, Kamis (4/9/2025).

Berbekal nasihat dari temannya yang berasal dari Kanada, Charles Turton, Kurnia resmi membuka Hero Mini Supermarket yang berlokasi di Jl. Falatehan No. 23, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada 23 Agustus 1971 setelah melakukan serangkaian survei tentang supermarket di Singapura. Saat itu, total pegawai yang dimiliki Kurnia baru 16 orang. Strategi cemerlang dari bisnisnya ini adalah pembangunan gudang spesial untuk makanan segar serta pelayanan sempurna dengan tetap dibukanya supermarket pada hari Minggu dan liburan. Di era 70-an, banyak toko menutup bisnisnya di hari Minggu dan masa liburan.

Terus berkembang, sampai tahun 1980, telah dibuka 9 cabang Hero Supermarket di Jakarta. Demi bertahan di tengah perkembangan zaman, Kurnia lantas memanfaatkan komputer IBM AS/400 untuk memperbaiki keefektifan dan keefisiensian pada tahun 1988, saat era komputerisasi dimulai. Hingga di tahun 1989, Hero Group melaksanakan Initial Public Offering (IPO) dengan menjual saham 15% di Bursa Efek Jakarta. Penilaian positif dari para analisis investasi membuat harga saham Hero Group meroket. Saat melaksanakan IPO ini, Hero tercatat mempunyai 26 supermarket dan 3.000 penyedia barang (300 di antaranya produser besar).

Di tengah kesuksesan besar tersebut, sang pendiri, Muhammad Saleh Kurnia atau M.S. Kurnia meninggal dunia di tanggal 10 Mei 1992. Sang istri, Nurjahati, yang sempat terkejut dan bingung, lantas melanjutkan mimpi sang suami yang pernah berkata, "Sampai tahun 2000, apabila Tuhan memberkati, mungkin kita bisa mencapai 100 cabang."

Hingga sampai di tahun 2000-an, Hero Group terus berkembang dengan makin meluasnya lini bisnis yang dipegang usai masuknya Hero Group ke dalam konsorsium ritel terbesar dunia, Dairy Farm International Holdings (DFI). Di tahun 2010, PT Hero Supermarket Tbk mempekerjakan lebih dari 13,700 orang dan melayani pelanggan di 558 gerai. Terhitung dari 30 Juni 2012 , perusahaan ini telah mengoperasikan 43 gerai Giant Hypermarket, 130 gerai Hero & Giant supermarket, 241 gerai Guardian, dan 144 gerai Starmart. Di tahun 2014, PT Hero Supermarket Tbk membuka gerai IKEA pertama di Indonesia.