Ketiganya memutuskan berkantor setiap hari, mereka menawarkan jasa rancang bangunan, memberi konsultasi untuk menjaga kelancaran pengerjaan proyek, atau sekaligus menjadi pelaksana proyek. Intinya mereka menerima permintaan apa pun seputar pembangunan.
“Begitulah kami memulai lembaran baru. Sejarah baru. Saya, Brasali, dan Sofyan memiliki saham sama besar,” tuturnya.
Baca Juga: Tentang Kepedihan Masa Kecil Ciputra dan Harapan Merengkuh Mimpi Menjadi Insinyur
Sudah memiliki firma, bukan berarti Ciputra dan kedua sahabatnya langsung mendapat klien, berbagai tawaran yang mereka layangkan semuanya mental, tak ada yang nyangkut. Lagi-lagi mereka tak pernah putus asa, ketiganya kemudian memutuskan terjun langsung ke lapangan mencari klien, tetapi sistem jemput bola itu juga rupanya tak menjanjikan
“Dengan motor saya, kami berboncengan keliling kota Bandung mencari klien. Sering seharian kami berkeliling sampai bersimbah keringat, makan dan minum seadanya karena harus mengirit uang. Hasilnya nihil,” tandasnya.