Hary Tanoesoedibjo atau yang biasa disapa Hary Tanoe (HT) mengaku pernah diremehkan saat pertama kali terjun ke industri media, terutama televisi (TV). Kala itu, kenangnya, bos MNC Group ini dianggap tidak tahu apa-apa soal media dan diprediksi akan merugi.

Untungnya, Hary Tanoe tidak menyerah begitu saja dan malah tertantang untuk membuktikan dirinya mampu. Guna mendapat formula yang tepat dalam menjalankan bisnis TV, Hary Tanoe sampai mengunjungi berbagai negara, hingga Hollywood.

Baca Juga: Strategi Hary Tanoesoedibjo dalam Berbisnis, Mulai dari Krisis hingga Kesuksesan

"Banyak orang bilang, 'Kamu nggak mungkin bisa pegang TV, ngerti TV aja enggak?' Saya memang tidak mengerti waktu itu, tapi tetap saya beli. Saya sebagai dirut, orang bilang pasti jebol. Dibilang jebol, malah tertantang bahwa saya harus bisa," tegasnya dalam sebuah kesempatan, dikutip Senin (11/11/2024).

Guna membuktikan dirinya mampu, Hary Tanoe berkeliling dunia untuk menemukan formula terbaik dalam menjalankan bisnis televisi. Dia mengaku mengunjungi Singapura, Malayasia, Bollywood, bahkan Hollywood. Hanya saja, dari semua negara yang telah dikunjungi tersebut, belum ada yang membuatnya 'sreg'.

"Terus saya ke Meksiko, ke perusahaan TV namanya Televisa. Di situ saya tertarik. Televisa itu TV yang memproduksi telenovela. Dia produsen yang memproduksi telenovela dan punya TV juga bernama Televisa," jelas suami Liliana Tanoesoedibjo ini.

Peraih gelar Master of Business Administration dari Ottawa University, Kanada ini mengisahkan, selain memproduksi telenovela, Televisa juga melakukan manajemen bakat sehingga talent yang ada dibimbing sebelum akhirnya terjun dalam produksi sinetron.

"Mereka mulai dari nge-groom talent. Jadi, bakat itu akan lebih baik jika dikembangkan dan diarahkan. Bakat akting itu akan lebih maksimal kalau diarahkan secara baik," tegasnya.

Selain itu, selain memproduksi sendiri, tayangan telenovela yang diproduksi Televisa itu dilisensikan ke luar negeri. "Jadi, mereka satu konten ditayangkan di TV mereka, dapat iklan. Lalu mereka punya PTV, dipaketkan jadi channel khusus. Mereka punya PTV satelit, terus konten ini dilisensikan keluar negeri," ujar HT.

Melihat rapinya sistem yang dimiliki Televisa membuat Hary Tanoe tertarik menerapkannya di Indonesia. Oleh karena itu, perusahaan bisnisnya juga menaungi manajemen artis lewat PT Star Media Nusantara, anak perusahaan MNC Digital Entertainment.

"Ini harus contoh. Saya pulang, langsung terapkan. Makanya, di MNC, talent management paling besar. Produksi drama dan kontennya paling besar. Kami produksi 20 ribu jam setahun. Kami juga lisensikan ke luar. Persis saya tiru," pungkasnya.