Growthmates, mungkin selama ini kamu sering mendengar istilah burnout saat membahas kondisi mental di dunia kerja. Burnout biasanya muncul ketika seseorang merasa terlalu lelah, stres, atau kewalahan menghadapi beban pekerjaan yang menumpuk. Solusinya? Banyak yang memilih me-time atau liburan singkat untuk kembali menyegarkan pikiran.

Namun, tahukah kamu bahwa ada kondisi lain yang tak kalah serius, tapi justru dipicu oleh kebalikan dari burnout? Inilah yang disebut boreout, sindrom kebosanan akut akibat pekerjaan yang terlalu monoton, minim tantangan, atau bahkan terasa tidak berarti. Mungkin istilahnya masih terdengar asing, tapi bisa jadi gejalanya justru sudah kamu rasakan tanpa disadari.

Psikolog Wharton sekaligus penulis buku, Adam Grant, mengatakan bahwa fenomena boreout menjadi lebih umum dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak peralihan model kerja jarak jauh dan hybrid

“Saat Anda kelelahan, Anda akan merasa terbebani, terstimulasi berlebihan, dan kewalahan. Saat Anda merasa bosan, Anda akan merasa tidak bersemangat,” ujar Grant seperti dikutip dari laman CNBC Make It, Selasa (8/4/2025).

Baca Juga: Hindari Burnout, Ini 4 Kebiasaan Penting yang Harus Dilakukan Para CEO di Tahun 2025

Grant menambahkan, melakukan satu hal yang sama secara berulang dalam waktu lama tanpa adanya variasi atau tantangan baru memang bisa memicu rasa bosan. Apalagi jika seseorang merasa tidak punya ruang untuk berkembang, tidak melihat peluang peningkatan karier, atau bahkan mulai mempertanyakan makna dari pekerjaan yang dijalani setiap hari. 

Kondisi ini bisa semakin diperparah ketika interaksi sosial di lingkungan kerja pun sangat minim, membuat suasana kerja terasa semakin monoton dan sepi. Jika dibiarkan terus-menerus, situasi seperti ini bukan hanya membuat seseorang kehilangan semangat, tapi juga bisa menumbuhkan rasa tidak puas dan akhirnya memicu sindrom boreout tanpa disadari.

Dampak Boreout yang Perlu Diwaspadai

Menukil dari laman BBC, Asisten profesor di EM Lyon Business School, Prancis, Lotta Harju mengungkapkan bahwa ada banyak faktor yang bisa memicu boreout atau kebosanan kronis di tempat kerja. 

Salah satunya adalah bekerja di lingkungan fisik yang terasa menekan atau melemahkan semangat, seperti ruang kerja yang tertutup dan kurang inspiratif. Selain itu, rasa bosan juga kerap muncul ketika seseorang tidak lagi merasa tertantang dalam menjalani rutinitas pekerjaannya dalam jangka waktu yang panjang. 

Namun, menurut Harju, inti dari pengalaman boreout sebenarnya bukan hanya soal lingkungan atau jenis pekerjaan, tetapi lebih dalam dari itu, yakni perasaan bahwa pekerjaan yang dijalani terasa tidak bermakna, seolah-olah apa yang dikerjakan setiap hari tidak memiliki tujuan atau manfaat yang jelas.

“Meskipun wajar bagi semua orang untuk sesekali merasa bosan di tempat kerja, merasa bosan secara kronis selama berhari-hari dapat mengindikasikan bahwa Anda perlu mengatasi masalah tersebut. Karena jika tidak, hal itu dapat menimbulkan konsekuensi,” kata Harju.

Baca Juga: 6 Cara Mencapai Kinerja yang Berkualitas dan Optimal Tanpa Terjebak Emosi dari Pekerjaan

Pada tahun 2014, Harju mengerjakan sebuah penelitian dan mengamati lebih dari 11.000 pekerja di 87 organisasi Finlandia. Ia menemukan bahwa kebosanan kronis meningkatkan kemungkinan pergantian karyawan dan niat pensiun dini, kesehatan yang dinilai sendiri yang buruk, dan gejala stres.

Penelitian lain mendukung hal ini. Sebuah studi tahun 2021 menunjukkan bahwa 186 pegawai pemerintah di Turki yang menderita boreout juga mengalami depresi, serta tingkat stres dan kecemasan yang tinggi. Studi menunjukkan, depresi akibat boreout dapat mengikuti pekerja di luar kantor, dan menyebabkan penyakit fisik mulai dari insomnia hingga sakit kepala.

Bagaimana Mengatasinya?

Menangani boreout bisa menjadi sulit, karena umumnya saat menyadarinya, kamu sudah merasa bosan secara kronis selama beberapa waktu.

"Boreout berbeda dengan burnout dalam artian bahwa karyawan yang merasa bosan jarang sekali pingsan karena kelelahan. Orang yang merasa bosan mungkin hadir secara fisik tetapi tidak secara spiritual, dan orang-orang dapat terus melakukan ini untuk waktu yang lama," jelas Harju.

Banyak pekerja yang sebenarnya menyadari diri mereka sedang mengalami kejenuhan atau boreout justru enggan melaporkannya kepada atasan atau HR. Pasalnya, di lingkungan kerja, sikap seperti semangat berlebih dan bekerja tanpa henti cenderung dihargai, sementara rasa bosan atau kehilangan motivasi sering dianggap tabu dan dipandang negatif. 

Padahal, menurut Harju, menemukan kembali makna atau tujuan dalam pekerjaan bisa menjadi salah satu cara untuk mengatasi boreout. Sayangnya, studi yang dilakukan Harju pada 2016 menemukan bahwa orang-orang yang mengalami kejenuhan justru cenderung tidak aktif mencari tantangan baru atau hal menarik dalam pekerjaannya. 

Akibatnya, banyak dari mereka hanya sekadar “mengisi waktu” di kantor, entah dengan berbelanja online, berselancar di media sosial, mengobrol, atau merencanakan kegiatan di luar pekerjaan. Bukan karena malas, tapi lebih sebagai cara bertahan agar tetap waras di tengah rasa bosan yang terus menghantui.

“Kita perlu mengubah cara berpikir tentang kesejahteraan karyawan hanya dalam konteks stres dan kelelahan,” tegas Harju.

Sebenarnya, ada banyak cara sederhana yang bisa dilakukan untuk membuat pekerja merasa bahwa waktu dan usaha yang mereka berikan di tempat kerja benar-benar dihargai dan berarti. Menurut Harju, salah satu kuncinya terletak pada kepemimpinan yang baik. 

Baca Juga: 7 Cara Terbaik Mengatasi Stres Saat Kamu Merasa ‘Overburdened’ dengan Pekerjaan

Pemimpin atau atasan diharapkan tidak hanya fokus pada target dan hasil, tapi juga mau meluangkan waktu untuk berkomunikasi secara langsung dengan para pekerjanya. Misalnya, dengan memberi tahu secara jelas mengapa peran dan kontribusi mereka penting bagi perusahaan, atau memberikan dukungan lewat program pengembangan karier agar mereka merasa terus bertumbuh. 

Cara-cara seperti ini mungkin terlihat sederhana, tetapi dampaknya sangat besar dalam mencegah rasa bosan, menjaga motivasi, dan membuat pekerja merasa lebih terhubung dengan pekerjaan yang mereka jalani.