Stres di tempat kerja tidak bisa lagi dianggap enteng. Dalam diskusi bertajuk Mental Health at Work yang digelar RS Metropolitan Medical Center (MMC) Jakarta, Kamis(10/7/2025), para pakar kesehatan jiwa menyoroti bagaimana tekanan psikologis di lingkungan kerja berdampak langsung pada kesehatan mental dan produktivitas pekerja.
Menurut psikiater RS MMC Jakarta, dr. Adhi Wibowo Nurhidayat, Sp.KJ(K), MPH, banyak pekerja mengalami gejala depresi tanpa menyadari bahwa penyebab utamanya adalah stres berkepanjangan akibat beban kerja berlebihan, tekanan dari atasan, atau ketidakseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Menurutnya, apabila hal itu terjadi, berarti tempat kerja tersebut sudah tergolong toxic.
Baca Juga: 7 Cara Menjaga Kesehatan Mental Agar Tetap Stabil dan Lebih Tangguh
“Pekerjaan yang tidak sehat secara mental bisa menggerogoti seseorang dari dalam. Stres itu seperti racun pelan-pelan,” ujar Adhi kepada Olenka saat itu.
Sementara itu, dr. Edi Alpino, Konsultan Senior dari RS YARSI, menambahkan bahwa banyak kasus gangguan psikis di kalangan pekerja belum tertangani dengan baik. Pasalnya, masih banyak tempat kerja yang belum menjadikan isu kesehatan mental adalah hal penting.
“Masih banyak perusahaan yang tidak memahami bahwa disabilitas bukan hanya soal fisik, tetapi juga kondisi mental. Beberapa pekerja bahkan mengalami pemutusan hubungan kerja karena dianggap tidak produktif padahal sedang mengalami gangguan mental,” kata Edi.
Baca Juga: 5 Langkah yang Dapat Diterapkan Perusahaan untuk Mengelola Kesehatan Mental Karyawan
Menurut data American Stroke Association, sekitar 31 persen pekerja global mengalami stres saat bekerja. Di sisi lain, survei State of the Global Workplace 2024 mencatat bahwa tingkat stres harian pekerja Indonesia berada di angka 60 persen, relatif lebih rendah dari negara Asia lainnya. Meski begitu, Edi mengingatkan bahwa angka tersebut tidak bisa dijadikan alasan untuk menyepelekan persoalan mental.
“Stres memang bisa bersifat positif atau dalam bentuk memotivasi. Tapi, kalau berlebihan dan tidak dikelola, bisa berubah menjadi kelelahan mental (burnout), anxiety, dan bahkan gangguan fisik kronis,” jelas Edi.
Baca Juga: 5 Alasan Pentingnya Menetapkan Batasan Diri Demi Kesehatan Mental
Adhi menambahkan bahwa sebagian besar pasien yang ia tangani justru tidak menyadari sedang mengalami depresi. Banyak dari pasien hanya berpikir bahwa hal yang sedang dialaminya adalah hal wajar karena kelelahan bekerja.
"Mereka pikir hanya lelah, padahal gejala klasik depresi seperti kehilangan minat, lelah mental, sedih berkepanjangan, bahkan keinginan bunuh diri sudah muncul. Tapi, karena tidak paham, jadi tidak tertangani,” tuturnya.
Dengan begitu, para ahli sepakat bahwa intervensi dini, dukungan perusahaan, dan kebijakan kesehatan mental yang komprehensif harus segera diterapkan untuk mencegah krisis kesehatan jiwa di dunia kerja.