Rumah Sederhana, Cinta Tak Terbatas

Meski saat itu Ciputra belum hidup berkecukupan, perlahan kehidupannya mulai stabil. Ekonomi rumah tangganya tak lagi terlalu mencemaskan. Setidaknya, cukup untuk mulai memikirkan hal-hal yang selama ini hanya iasimpan dalam hati, yakni memboyong sang Ibu tinggal Bersama keluarga kecilnya di Bandung.

“Gelisah sekali hati saya memikirkan Mama. Penyakitnya mungkin telah bertambah parah. Saya tak mau ia berada jauh dari saya ketika tubuhnya semakin kepayahan. Satu pikiran lagi, udara Bandung begitu sejuk dan bersih. Mama akan merasa nyaman berada di sini, karena udaranya baik untuk pernapasannya,” terang Ciputra.

Maka pada tahun 1957, akhirnya Ciputra pun bisa memboyong sang ibu ke Bandung. Saat itu, ibunya tidak datang sendiri, namun turut datang bersama Oen, anak angkat ibunya yang setia menemaninya sepanjang waktu.Keduanya pun tinggal selama beberapa bulan di rumah mungil Ciputra.

Bagi Ciputra, kehadiran sang ibu tercintanya itu adalah anugerah. Tapi setelah beberapa bulan, mereka pun kembali ke Parigi. Namun, tujuh tahun kemudian, tahun 1964, sang ibu datang kembali, kali ini bersama Oen dan Gina, cucu ibu Ciputra dari anak perempuan Akochi, untuk tinggal bersamanya di Jakarta, di rumah Ciputra di Jalan Talang.

“Dunia saya menjadi kian hangat dan semakin padat oleh cinta. Betapa bahagianya saya menyaksikan orang-orang yang saya cintai berada di dekat saya sehat, tersenyum, dan saling menguatkan,” ungkap Ciputra.

Dikatakan Ciputra, meski penyakit asma sang ibu memang masih sesekali kambuh, tapi Bandung yang dingin dan bersih menjadi obat alami baginya. Perlahan, tubuh sang ibu pun lebih kuat. “Setiap kali Mama tampak lebih tenang, hati saya ikut tenang. Ini kebahagiaan yang tak bisa ditakar dengan apa pun,” tukas Ciputra.

Tak hanya itu, lanjut dia, kehadiran sang ibu pun membawa warna baru dalam rumah kecilnya. Sang istri pun tampak lebih Bahagia, karena ada yang membantunya menjaga putrinya. Tak hanya itu, lanjut Ciputra, ia pun merasa kampung halaman seperti berpindah ke rumahnya melalui masakan sang ibu yang tiada dua lezatnya.

Kehidupan hangat dalam kesederhanaan ini pun membuat ia semakin terpacu untuk segera berkembang lebih cepat.

“Dengan adanya Mama dan Oen, praktis Dee juga menjadi senang. Ada yang turut menjaga Rina. Dan yang menggembirakan, dapur kami diwarnai kepul uap harum masakan Manado. Mama memasak dibantu pelayan kami,” beber Ciputra.

Dikatakan Ciputra, kehidupan hangat dalam kesederhanaan ini pun membuat ia semakin terpacu untuk segera berkembang lebih cepat.

“Saya ingin membahagiakan orang-orang yang saya cintai,” tandasnya.

Baca Juga: Dari Garasi Sunyi ke Proyek Bergengsi: Lika-liku Perjuangan Awal Karier Ir. Ciputra yang Menginspirasi