Kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan semakin meningkat, yang mendorong semakin populernya gaya hidup berkelanjutan (sustainable living). Tren ini tidak hanya terbatas pada tindakan kecil, seperti penggunaan tumbler air minum dan pengurangan kantong plastik, tetapi juga meluas pada sektor yang lebih besar seperti pembangunan rumah dengan konsep green building.

Menurut Nyiayu Chairunnikma, Head of Marketing Semen Merah Putih (PT Cemindo Gemilang Tbk), konsep green architecture house bukan sekadar tuntutan gaya hidup kekinian, melainkan kebutuhan yang harus dijawab oleh industri properti. Pasalnya, saat ini sudah semakin meningkatnya kesadaran masyarakat, terutama di kalangan generasi muda, akan pentingnya menjaga bumi dan menjalani gaya hidup yang lebih berkelanjutan.

Baca Juga: Mengupas Tantangan dan Solusi dalam Dekarbonisasi Lingkungan Binaan di Asia

"Sekarang ini, konsep green architecture house bukan lagi hanya tuntutan atau sekedar ikut gaya kekinian, tetapi kebutuhan yang harus dijawab oleh industri properti, seiring meningkatnya kesadaran masyarakat khususnya generasi muda dalam menjalani gaya hidup berkelanjutan," ujar Nyiayu.

Apa Itu Green Architecture?

Green architecture atau arsitektur hijau adalah konsep perancangan bangunan yang mengutamakan prinsip ramah lingkungan. Tujuannya adalah untuk meminimalisasi dampak negatif terhadap lingkungan, dengan mempertimbangkan berbagai aspek dalam proses desain dan konstruksi.

Beberapa elemen yang menjadi ciri khas green architecture, antara lain desain bangunan yang memaksimalkan sirkulasi udara alami, penggunaan panel surya untuk penghematan energi, pemanfaatan ruang multifungsi, serta pemilihan material bangunan yang ramah lingkungan.

Baca Juga: Wujudkan Sustainable Lifestyle, Generali Indonesia Proteksi 10 Ribu Pelari Bank Jateng Borobudur Marathon 2024

Meskipun minat terhadap konsep ini semakin tinggi, ada satu kendala besar yang masih menjadi tantangan utama, yakni keterjangkauan.

Dikutip dari data Healthy & Sustainable Living 2023 - GlobalScan, 49% responden menyatakan bahwa keterjangkauan adalah isu utama yang menghambat mereka dalam menjalani gaya hidup berkelanjutan. Isu ini juga turut dirasakan dalam industri properti, di mana pembangunan rumah hijau sering kali dianggap lebih mahal dibandingkan rumah konvensional.

"Keterjangkauan masih menjadi alasan utama yang menghalangi mereka menjalani gaya hidup berkelanjutan," kata Nyiayu Chairunnikma.

Dukungan Pemerintah terhadap Konsep Green Architecture

Kendati demikian, pemerintah Indonesia turut mendukung pengembangan rumah dengan konsep green architecture melalui berbagai kebijakan. Salah satunya adalah program Indonesia Green Affordable Housing Program (IGAHP) yang digagas oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Program ini bertujuan untuk memfasilitasi transisi ke arah perumahan hijau dan memberikan akses finansial kepada konsumen yang ingin membeli rumah ramah lingkungan. Kebijakan ini menunjukkan bahwa pemerintah serius dalam menciptakan ekosistem yang mendukung keberlanjutan, terutama dalam sektor perumahan.

Baca Juga: Dukung Sustainability, Coway Kristal Ice Water Purifier Hadir dengan Fitur Eco Mode: Lebih Hemat Energi

Tak hanya pemerintah, Semen Merah Putih, sebagai perusahaan yang berkomitmen terhadap konstruksi berkelanjutan, pun berperan aktif dalam mendukung pengembangan green architecture. Salah satu langkah inovatif yang dilakukan adalah dengan mengembangkan produk semen yang rendah emisi karbon.

Produk semen non-OPC (Ordinary Portland Cement) seperti Semen Merah Putih FLEXIPLUS, yang sudah bersertifikat Green Label dari GPCI, merupakan wujud nyata dari komitmen Semen Merah Putih terhadap pembangunan berkelanjutan.

"Kami selalu berinovasi untuk mewujudkan komitmen kami mendukung konstruksi berkelanjutan," tambah Nyiayu Chairunnikma.

Lebih jauh lagi, Semen Merah Putih juga mengembangkan teknologi Carbon Injection dalam produk beton mereka. Teknologi ini memungkinkan penangkapan CO₂ yang kemudian diinjeksikan ke dalam beton, sehingga dapat mengurangi jejak karbon tanpa mengorbankan kualitas beton yang dihasilkan.

Baca Juga: Komitmen Keberlanjutan The Apurva Kempinski Bali Lewat ‘Path to Sustainable Growth’, Seperti Apa?

"Bahkan, di Beton Merah Putih, produk Ready-Mix kami sudah menggunakan teknologi Carbon Injection, dimana CO₂ yang ditangkap, diinjeksikan ke dalam beton, untuk mengurangi jejak karbon dan tetap menjaga kualitas beton yang diproduksi," tutup Nyiayu.

Dengan kesadaran yang semakin berkembang, diharapkan bahwa penerapan green architecture tidak hanya menjadi tren, tetapi juga menjadi kebutuhan utama dalam pembangunan masa depan yang lebih ramah lingkungan.

Melalui kolaborasi antara berbagai pihak, konsep green architecture dapat diwujudkan secara lebih luas dan terjangkau, menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk generasi mendatang.