Ketika angin berhembus, aroma busuk sampah di TPA Cipayung akan terbang di udara sejauh radius tiga kilometer. Bau tak sedap tersebut terbang menuju permukiman dan mengetuk pintu-pintu rumah warga. Padahal di pagar rumah warga sudah tergantung plastik-plastik sampah. Rasanya, sangat tidak nyaman berada di luar rumah karena gangguan aroma dan pemandangan sampah tersebut.

Hal tersebutlah yang dialami oleh Yuni Purwanti (60 tahun), seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Depok, Jawa Barat. Pada tahun 2024 ini beberapa kali TPA Cipayung yang berjarak sekitar dua kilometer dari rumahnya mengalami kelebihan kapasitas. Tumpukan sampah begitu tinggi sehingga terjadi longsor dan memaksa TPA tersebut harus ditutup sementara.

"Kalau sampah lagi penuh (di TPA Cipayung) itu bau sampah akan terasa menyengat sekali sampai ke sini, apalagi kalau malam hari," katanya kepada Olenka di Depok, beberapa waktu lalu.

Selain menimbulkan bau menyengat, persoalan kelebihan kapasitas TPA Cipayung juga menyebabkan penumpukan sampah di beberapa wilayah di Kota Depok. Hal itu karena petugas sampah stop sementara buat mengangkut sampah rumah tangga di rumah warga. Penumpukan sampah tersebut tidak hanya terjadi di depan rumah warga, tetapi juga menyebar hingga ke pinggir-pinggir jalan di beberapa wilayah Depok.

"Kadang sampai seminggu lebih tidak ada petugas yang ambil sampah. Kalaupun diambil, petugas sampah tidak tahu harus buang ke mana? Akhirnya, sampah menumpuk di depan rumah. Ada juga yang sengaja buang sampah di pinggir jalan raya karena tak tahan dengan bau sampah di depan rumah," tuturnya.

Permasalahan sampah ini memicu persoalan lain, mulai dari persoalan sosial, lingkungan, hingga kesehatan. Yuni mengatakan, beberapa tetangga terpaksa melakukan pembakaran karena kondisi sampah yang semakin menumpuk di depan rumah. Ia menjelaskan, asap hitam tebal akibat pembakaran sampah tak hanya menimbulkan bau tak sedap tetapi juga menyebabkan polusi udara dan mengganggu pernapasan.

"Saya jadi serba salah, mau menegur karena asap pembakaran bikin sesak nafas tetapi memang tak ada petugas yang ambil sampah-sampah itu," sebutnya.

Pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio, menegaskan kasus yang terjadi di Kota Depok merupakan puncak gunung es dari persoalan pengelolaan sampah di Indonesia. Ia mengatakan, permasalahan serupa juga banyak terjadi di kota lain di seluruh Indonesia. Hal ini terjadi karena secara umum manajemen dan tata kelola sampah di Indonesia belum dilakukan dengan baik.

"Kasus Depok cuma puncak gunung es. Di banyak kota di Indonesia ada banyak sekali kasus seperti itu," katanya kepada Olenka melalui sambungan telepon.

Agus Pambagio mengatakan, perlu ada kolaborasi antara seluruh pemangku kepentingan guna mengatasi persoalan sampah di Tanah Air. Ia menjelaskan, kolaborasi tersebut tak melulu harus bermula dari pemerintah tetapi juga bisa diinisiasi oleh pelaku usaha ataupun masyarakat.

"Tidak mungkin kita hanya mengandalkan pemerintah, perlu ada keterlibatan dan kesadaran semua pihak," tegasnya.

Ia mencontohkan, salah satu bentuk kolaborasi nyata untuk mengatasi permasalahan sampah seperti pemilahan dan pengelolaan sampah mulai dari tingkat masyarakat. Peningkatan kesadaran dan aksi nyata masyarakat dalam memilah kategori sampah akan sangat berguna dan efektif untuk mewujudkan kesuksesan pengelolaan sampah.

Kemudian sektor swasta juga bisa terlibat aktif seperti mengoptimalkan nilai ekonomi sampah guna memenuhi kebutuhan industri pengolah sampah plastik sehingga akan mengurangi volume sampah yang dibawa ke TPA. Selain itu, sektor swasta bisa mengoptimalkan potensi sampah organik untuk kebutuhan sumber pakan bagi hewan ternak seperti ikan dan unggas.

"Adapun pemerintah harus aktif melakukan pengawasan, memastikan pelaksanaan aturan, dan mendorong penegakan hukum," singkatnya.

Persoalan Bersama

Co-Founder & Chief Marketing Officer (CMO) Tiket.com, Gaery Undarsa, sepakat apabila masalah sampah perlu diatasi secara kolaboratif oleh banyak pemangku kepentingan karena hal tersebut memang merupakan persoalan bersama. Ia mengatakan, setiap pemangku kepentingan memiliki tantangan tersendiri dalam mengatasi masalah sampah. Misal, di lapisan masyarakat masih perlu ditingkatkan kesadaran tentang manfaat pemilahan sampah. 

"Apalagi kalau kita lihat tempat penampungan akhir sampah di Indonesia itu cukup besar, tapi proses memilah sampah, mendaur ulang sampah, itu masih harus terus didorong ke arah lebih baik," katanya seperti dikutip Olenka di Jakarta, Jumat (6/12/2024).

Gaery meyakini, permasalahan sampah sudah masuk ke dalam kategori darurat sehingga sangat mendesak untuk segera dituntaskan. Apabila tidak diatasi secepatnya maka ke depan persoalan sampah akan semakin kompleks dan menimbulkan daya rusak semakin dahsyat. Hal itu karena jumlah populasi akan semakin banyak dan volume sampah semakin besar tetapi daya tampung TPA akan semakin terbatas.

"Pertanyaannya adalah sampah-sampah tersebut nanti akan dikemanakan? Pasti ada limitasi dan saat ini TPA di Indonesia rata-rata sudah mengalami kelebihan kapasitas," ujarnya.

Perlu diketahui, Program Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) mencatat bahwa produksi plastik dunia terus meningkat selama 70 tahun terakhir. Pada sekitar 1950-an dunia memproduksi dua juta ton sampah plastik, tetapi kini tercatat dunia sudah memproduksi sampah plastik sebanyak 450 juta ton atau naik hampir 230 kali lipat.

Adapun, Indonesia tercatat sebagai salah satu negara penghasil sampah plastik terbanyak di dunia dengan timbulan sampah plastik sekitar 12 juta ton pada tahun 2023 lalu. Sekitar 58 persen sampah tersebut tidak pernah dikumpulkan dan sebanyak sembilan persen sampah dibuang ke laut.

Ia mengatakan, kerisauan atas persoalan sampah tersebut mendorong Tiket.com untuk bekerja sama dengan Blibli guna membuat program Blibli Tiket Action, yakni sebuah program yang berupaya untuk menciptakan bisnis berkelanjutan dengan melibatkan karyawan, pelanggan, mitra, dan pemangku kepentingan lainnya dalam mendukung ekonomi, sosial, dan lingkungan yang positif.

Ia menjelaskan, alasan Tiket.com menggandeng Blibli adalah karena masalah sampah merupakan persoalan bersama maka perlu diatasi secara bersama-sama pula. Hal ini sejalan pula dengan pendapat Agus Pambagio yang mengatakan bahwa penyelesaian persoalan sampah perlu dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh pemangku kepentingan.

"Semua orang tentu ingin melakukan sesuatu yang sustainable, tapi kita tak bisa melakukan itu sendiri karena dampak yang dihasilkan akan kecil. Oleh karena itu, kita perlu melakukan kolaborasi dengan beberapa pihak agar bisa memberi dampak yang bermultiplikasi," paparnya.

Wujud Nyata Kolaborasi

Co-Founder & Chief Operating Officer (COO) Blibli, Lisa Widodo, berharap kolaborasi antara pihaknya dengan Tiket.com dalam program Blibli Tiket Action dapat memberi dampak positif yang besar dan luas dalam upaya mewujudkan bisnis berkelanjutan di Tanah Air.

Lisa menyebutkan, ada enam poin yang menjadi fokus atau pilar utama dalam program tersebut yaitu penggunaan sumber daya, pengelolaan limbah, emisi, privasi data, hubungan komunitas, serta pengembangan dan pembelajaran.

"Dari keenam fokus tersebut kita turunkan, misal Blibli bisa addressing apa nih? Tiket.com bisa apa nih? Kita koordinasikan bareng supaya bisa memberi dampak lebih ke masyarakat," ujarnya.

Sama seperti Gaery, ia meyakini jika kunci keberhasilan upaya keberlanjutan ialah dengan melakukan kolaborasi lintas industri. Dengan bekerja sama, perusahaan dari berbagai sektor dapat menciptakan dampak yang lebih besar dan lebih signifikan terhadap lingkungan dan masyarakat.

Guna menyukseskan program ini, Blibli mengadakan inisiatif Take Back untuk pelanggan. Melalui inisiatif tersebut, para pelanggan bisa mengembalikan kemasan yang tak terpakai untuk didaur ulang atau dikonversi menjadi bibit pohon yakni 10 kemasan menjadi satu bibit pohon.

Blibli juga mengajak para mitra untuk mengadopsi praktik ramah lingkungan dengan menyediakan opsi pengiriman menggunakan kendaraan listrik untuk mengurangi emisi karbon. Adapun, dari sisi internal mereka melibatkan para karyawan dalam pengumpulan dan pendaurulangan sampah selama kegiatan perusahaan.

"Jadi, kami bersama dengan Tiket.com selalu berupaya mengajak karyawan, pelanggan, dan para mitra untuk berpikir dan bersikap secara berkelanjutan," tuturnya.

Selain Blibli Tiket Action, program berkelanjutan lain yang dilakukan oleh Blibli dan Tiket.com ialah dengan mengadakan kegiatan Langkah Membumi Festival. Kegiatan yang membawa semangat perubahan dan mendorong optimalisasi potensi ekonomi sirkular di Indonesia ini juga melibatkan Ecoxyztem, venture builder yang mendukung pertumbuhan ecopreneurs.

Wanita yang menempuh gelar pendidikan sarjana dan master di The University of Texas at Austin ini mengatakan, Langkah Membumi Festival dirancang sebagai melting-pot bagi para pemangku kepentingan untuk saling berinteraksi, bereksplorasi, dan berkolaborasi dalam mengelola gagasan dan solusi keberlanjutan.

Selain itu, festival ini dilengkapi oleh rangkaian edukasi dan hiburan yang dikemas secara menarik untuk mengajak masyarakat lebih aktif berpartisipasi dalam menerapkan praktik dan gaya hidup berkelanjutan.

"Kita berharap festival ini bisa menjadi melting-pot dari segala pemangku kepentingan yang memiliki latar belakang berbeda-beda namun dapat bercampur dan menjadi gerakan yang berkelanjutan," harapnya.

Langkah Membumi Festival 2024 digelar gratis untuk umum, menjadikannya peluang emas bagi siapa pun yang ingin berpartisipasi dalam gerakan keberlanjutan. Festival ini menampilkan berbagai talkshow inspiratif yang membahas isu-isu keberlanjutan sebagai sorotan utama.

Aneka workshop menarik juga hadir dengan biaya pendaftaran yang seluruh keuntungannya dikembalikan kepada komunitas dan ecopreneur lokal yang terlibat, termasuk di antaranya adalah Upcycled Plastic Pouch bersama Rappo Indonesia, Demystifying B Corp Certification untuk memahami assessment bisnis berkelanjutan oleh B Corp, serta kelas membuat terrarium bersama Terramori.

Festival ini juga mendorong implementasi praktik ekonomi sirkular melalui edukasi dan inovasi yang mengubah limbah plastik, kain, hingga kaca menjadi produk-produk baru yang berkualitas. Untuk itu, LMF pun menghadirkan pasar ecopreneurs yang menampilkan berbagai inovasi berkelanjutan yang dekat dengan operasional bisnis korporasi dan konsumsi oleh pelanggan.

Gelaran inklusif ini juga menyediakan Green Jobs Corner di mana pengunjung bisa bertukar wawasan green skills yang dibutuhkan di industri, drop CV, hingga simulasi interview yang bekerja sama dengan Tanah Air Lestari. Festival ini juga menyoroti pentingnya kolaborasi dan sinergi dalam mewujudkan green leadership di tengah tantangan triple planetary crisis.

Untuk memastikan dampak positif terhadap lingkungan, LMF turut menggandeng konsultan sustainability untuk menghitung pengurangan karbon yang dilakukan, guna menjadikan keseluruhan pengalaman acara tersebut terasa lebih holistik dan bertanggung jawab.

Adapun, pada tahun 2024 ini ajang LMF mengusung tema CollaborAction for the Earth yang mengharapkan agar festival ini menjadi melting-pot para multi-stakeholders untuk berinteraksi, bereksplorasi, dan berkolaborasi dalam menggagas solusi keberlanjutan. Kemudian festival ini diharapkan dapat memperluas wawasan tentang praktik circularity di industri, sejalan dengan Peta Jalan Ekonomi Sirkular Bappenas.