Masalah sampah pangan menjadi perhatian dunia dengan jutaan ton makanan yang terbuang setiap tahunnya. Indonesia sendiri menjadi negara dengan produksi sampah makanan terbanyak di Asia Tenggara menurut laporan dari United Nations Environment Programme (UNEP) yang bertajuk Food Waste Index 2021.

Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional, Nita Yulianis, mengatakan bahwa ada tiga pilar dalam kerangka tata kelola pangan yang berkelanjutan, yaitu ketersediaan, keterjangkauan, dan pemanfaatan. Dalam keterjangkauan, terdapat faktor susut dan sisa pangan (food loss and waste) yang luput dari perhatian masyarakat.

“Yang luput dari kita semua adalah dari sisi keterjangkauan, ada faktor food loss and waste (susut dan sisa pangan),” ujar Nita dalam Peluncuran Buku Teladan Bijak Kelola Susut dan Sisa Pangan, Selasa, 22 Oktober 2024.

Nita menyebutkan dalam data series 20 tahunan yang dikaji Bappenas, rata-rata satu orang di Indonesia membuang satu sampai dua kuintal sisa pangan per tahunnya. Susut dan sisa pangan sendiri merupakan sisa pangan yang terbuang sia-sia padahal masih bisa dimanfaatkan.

“Itu menjadi dasar kita, Badan Pangan Nasional, menggerakan semua, OPD Pangan Daerah bersama dengan seluruh mitra bahwa untuk menjaga tiga pilar tadi,” lanjutnya.

Baca Juga: Dukung Penguatan Literasi, CIMB Niaga Siap Gelar Kejar Mimpi Goes to School Serentak di 35 Sekolah

Jumlah sampah pangan di Indonesia berada di angka yang cukup tinggi, di angka nasional sampah pengan menyumbang 40% dari jumlah sampah di Indonesia. Hal ini menunjukkan masyarakat Indonesia banyak membuang sisa pangan mereka.

“Tetapi kalau kita mau telisik, jumlah sampah makanan yang di TPA, kalau nasional di angka 40%, tetapi tiap wilayah bervariasi," lanjutnya.

Nita menambahkan Indonesia sudah berkomitmen terhadap sampah plastik yang telah menyumbang 18% dari jumlah sampah di Indonesia. Masyarakat Indonesia mulai menjaga penggunaan sampah plastik, seperti dengan membawa tumblr, membawa tas belanja ke toko swalayan, dan lain-lain. Nita juga memberikan semangat untuk mendorong gerakan tidak membuang sampah pangan.

Adapun upaya dalam penyelamatan pangan yang disampaikan oleh Nita, yaitu kampanye dan lakukan fasilitasi aksi. Kampanye ini dilakukan agar mencegah dan mengurangi sampah pangan dengan semua pentahelix (Akademisi, Bisnis, Komunitas, Pewmerintah Pusat dan Daeran, dan Media). Fasilitasi aksi dapat dilakukan dengan menggencarkan aksi bagaimana pangan berlebih dapat disalurkan untuk masyarakat rentan rawan pangan.