Artinya, kata Dharu, limit kredit yang terpakai harus dikembalikan. Bukannya menghilang dan tak bertanggung jawab sebagai pengguna kartu kredit. 

Kemudian, anggapan kartu kredit mengacak-acak cash flow, biasanya disebabkan oleh kebiasaan belanja impulsif untuk hal-hal yang tidak esensial, dengan pola pikir ‘spend sekarang, bayar nanti’. 

“Padahal nggak begitu, pengelolaan keuangan secara keseluruhan itu adalah 'oke aku beli ini sekarang, kapan aku bisa membayar kembali? Kapan aku punya dana untuk membayar kembali'. Itu yang harus kita atur dan kita kelola secara dewasa,” tutur Dharu.

Selain itu, pemilihan kartu kredit juga harus diperhatikan. Pilihlah kartu kredit yang menawarkan fleksibilitas, kata Dharu. 

Baca Juga: Berkenalan dengan Honest Card, Kartu Kredit Pintar yang Bantu Pelanggan Bijak Kelola Keuangan

Seperti halnya di Honest Card yang menawarkan sejumlah kemudahan bagi para pengguna. Mulai dari memberikan reward dengan mengembalikan biaya admin 100% kepada pengguna yang membayar penuh tagihan kredit, hingga boleh membayar separuh atau minimum tagihan — asal tahu dan sadar betul akan konsekuensinya. 

“Misalnya, kalau bayar minimum kan jumlah terutangnya lebih besar dari orang yang bayar separuh, berarti bunganya juga akan lebih tinggi atau lebih banyak. Itu lah hal-hal seperti ini yang kita encourage ke pengguna untuk dilatih dalam keseharian karena kita percaya masyarakat yang juga pengguna kami bisa disiplin dalam keuangannya pasti juga bisa mencapai tingkat kehidupan yang lebih baik,” imbuh Dharu.