Kartu kredit kerap kali dipersepsikan dapat mengacak-acak cash flow atau arus kas, terutama jika penggunaannya tidak dikelola dengan baik. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan sebagian pengguna untuk melakukan pengeluaran melebihi kemampuan keuangan mereka, yang pada akhirnya berdampak pada kesulitan dalam membayar tagihan kartu kredit secara penuh.
Presiden Direktur PT Honest Financial Technologies, Dharu Estiningrum, tak memungkiri pandangan bahwa kartu kredit mengacak-acak cash flow masih sering ia temui. Banyak masyarakat dengan persepsinya beranggapan, kartu kredit adalah kartu utang. Hal tersebut lantaran kartu kredit sering digunakan untuk membeli barang berdasarkan keinginan, bukan kebutuhan.
Selain itu, banyak orang salah memahami limit kartu kredit sebagai tambahan penghasilan, padahal sebenarnya itu adalah fasilitas kredit yang perlu dikelola secara bijak dan bertanggung jawab, layaknya mitra keuangan yang setara.
Baca Juga: 3 Aspek yang Perlu Kamu Pahami Sebelum Ajukan Kartu Kredit, Apa Saja?
“Jadi, ada persepsi di masyarakat bahwa kartu kredit itu adalah kartu utang. Karena apa? Karena digunakannya untuk belanja bukan kebutuhan, tapi keinginan. Dan juga limit kredit yang dibelikan atau limit kartu kredit yang dibelikan dianggap sebagai ini adalah penghasilan tambahan, padahal kan ini bukan penghasilan tambahan. Ini adalah fasilitas kredit yang kita harus memperlakukannya itu sebagai partner yang sama-sama dewasa,” ujar Dharu Estiningrum seperti Olenka kutip, Minggu (29/12/2024).
Artinya, kata Dharu, limit kredit yang terpakai harus dikembalikan. Bukannya menghilang dan tak bertanggung jawab sebagai pengguna kartu kredit.
Kemudian, anggapan kartu kredit mengacak-acak cash flow, biasanya disebabkan oleh kebiasaan belanja impulsif untuk hal-hal yang tidak esensial, dengan pola pikir ‘spend sekarang, bayar nanti’.
“Padahal nggak begitu, pengelolaan keuangan secara keseluruhan itu adalah 'oke aku beli ini sekarang, kapan aku bisa membayar kembali? Kapan aku punya dana untuk membayar kembali'. Itu yang harus kita atur dan kita kelola secara dewasa,” tutur Dharu.
Selain itu, pemilihan kartu kredit juga harus diperhatikan. Pilihlah kartu kredit yang menawarkan fleksibilitas, kata Dharu.
Baca Juga: Berkenalan dengan Honest Card, Kartu Kredit Pintar yang Bantu Pelanggan Bijak Kelola Keuangan
Seperti halnya di Honest Card yang menawarkan sejumlah kemudahan bagi para pengguna. Mulai dari memberikan reward dengan mengembalikan biaya admin 100% kepada pengguna yang membayar penuh tagihan kredit, hingga boleh membayar separuh atau minimum tagihan — asal tahu dan sadar betul akan konsekuensinya.
“Misalnya, kalau bayar minimum kan jumlah terutangnya lebih besar dari orang yang bayar separuh, berarti bunganya juga akan lebih tinggi atau lebih banyak. Itu lah hal-hal seperti ini yang kita encourage ke pengguna untuk dilatih dalam keseharian karena kita percaya masyarakat yang juga pengguna kami bisa disiplin dalam keuangannya pasti juga bisa mencapai tingkat kehidupan yang lebih baik,” imbuh Dharu.