Tak sampai di situ, pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung Whoosh ini juga mengalami pembengkakan biaya. Berdasarkan perhitungan dan review BPKB pada 9 Maret 2022, pembengkakan biaya mencapai US$1,17 miliar atau Rp17,64 triliun. Dalam review BPKB pada 15 September 2022, pembengkakan biaya kemudian naik US$273,03 juta menjadi US$1,449 miliar atau Rp21,74 triliun.
Setelah resmi beroperasi, masalah lain pun baru terungkap. Di mana, WIKA yang menjadi menjadi bagian dari konsorsium BUMN Indonesia di PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) ikut mengalami kerugian imbas proyek kereta cepat ini.
Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito, mengungkapkan bahwa tingginya beban bunga dan lainnya menjadi penyebab besar kerugian WIKA sepanjang 2023 yang mencapai angka Rp7,12 Triliun.
Sekadar informasi, proyek kereta cepat ini menelan biaya investasi senilai US$7,2 miliar (Rp110,16 triliun). Jumah tersebut sudah termasuk pembengkakan biaya seniali US$1,2 miliar (Rp18,36 triliun).
Pada awalnya, biaya transportasi proyek kereta cepat Whoosh diproyeksi sebesar US$6 miliar atau sekira Rp91.8 triliun. Perlu diketahui, pemerintah Jepang sempat menawarkan biaya investasi proyek kereta cepat sebesar US$6,2 miliar atau Rp94,86 triliun.
Dengan segala permasalahan yang muncul dan evaluasi jumlah penumpang yang belum mencapai target setelah hampir satu tahun beroperasi, kapankah Kereta Cepat Whoosh balik modal?
Baca Juga: Kisah Ignasius Jonan Berantas Aksi Premanisme di Stasiun Kereta Api
Menyadur dari laman BBC News Indonesia, dengan target penumpang yang semula dipatok 30.000 orang per hari, diperkirakan proyek ini akan balik modal dalam kurun waktu paling cepat 40 tahun.
Berdasarkan harga tiket yang paling banyak tersedia yakni Premium Economy Class/Kelas 2 dengan harga tiket Rp250.000, dan asumsi target penumpang per hari tercapai, paling cepat proyek ini akan balik modal setelah 40 tahun.