Menunda-nunda pekerjaan sering kali menjadi kebiasaan buruk yang sulit dihindari. Setelah seharian beraktivitas, godaan untuk berbaring di sofa atau tempat tidur sambil scroll media sosial terasa lebih menyenangkan dibanding langsung melanjutkan aktivitas lain, seperti mandi, misalnya. Begitu pula saat pagi hari, rebahan sejenak terasa lebih menggoda daripada harus segera bergegas menyelesaikan pekerjaan.

Kebiasaan menunda biasanya terjadi jika dihadapkan dengan pekerjaan yang tidak disukai, atau tidak adanya tenggat waktu untuk menyelesaikan tugas tersebut. Tak dipungkiri, agar bisa dengan segera menyelesaikan pekerjaan, kita butuh motivasi. 

Misalnya, jika berencana hangout dengan teman pukul 4 sore, otomatis pekerjaan yang datang di akhir pekan harus diselesaikan lebih cepat, setidaknya satu jam sebelum pergi. Namun, dorongan untuk segera menyelesaikan pekerjaan sering kali tak kunjung datang. Akibatnya, menunda terasa seperti pilihan yang nyaman, padahal justru bisa berujung pada penyesalan.

Seorang presenter sekaligus motivator Mel Robbins, berbagi kiat ampuh sebagai solusi jitu untuk melawan kebiasaan menunda lewat buku yang ditulisnya “The 5 Second Rule: Transform your Life, Work, and Confidence with Everyday Courage” atau juga yang dikenal dengan, ‘Aturan 5 Detik’.

Baca Juga: Mengenal Fauxductivity, Tindakan Pura-pura Bekerja secara Produktif, Seperti Apa?

Robbins beranggapan, seseorang dengan kebiasaan menunda itu biasanya dikarenakan otak yang tidak siap menerima perubahan. Di mana, perubahan sering kali terasa sulit karena melibatkan hal-hal yang tidak pasti, menakutkan, atau baru. 

Menurut Robbins, meskipun perubahan bisa membawa peluang, otak manusia cenderung lebih nyaman dengan hal-hal yang sudah dikenal dan terbiasa. Ini karena otak secara alami mencari rasa aman dan menghindari risiko. Akibatnya, ketika seseorang mendapatkan inspirasi untuk mencoba sesuatu yang baru, dorongan tersebut mudah dipadamkan oleh rasa ragu dan takut akan kegagalan.

“Saya menyadari bahwa semakin lama saya menunggu antara dorongan awal untuk bertindak dan bergerak secara fisik, semakin keras alasan yang diberikan, dan semakin sulit bagi saya untuk memaksa diri bergerak,” tulis Robbins seperti dikutip dari laman CNBC Make It, Minggu (9/3/2025).