Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang signifikan di Indonesia, terutama di kalangan anak-anak, remaja, dan wanita usia subur. 

Anemia defisiensi besi adalah kondisi di mana tubuh kekurangan zat besi yang cukup untuk memproduksi hemoglobin, protein dalam sel darah merah yang bertanggung jawab untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Kondisi ini dapat menyebabkan gejala, seperti kelelahan, pusing, dan sesak napas. 

Menurut data Riskesdas 2013-2018 yang dikelola, Anemia yang tercakup terjadi peningkatan prevalensi di Indonesia. Pravelensi Anemia di Indonesia menurut Riskesdas 2013, usia 1-4 tahun terdapat 28,1%, usia 5-14 tahun terdapat 26,4% dan usia 15-24 tahun sekitar 18,4%.

Baca Juga: Inisiatif IBI sebagai Upaya Pencegahan Anemia Defisiensi Besi pada Ibu dan Anak Indonesia

Sedangkan data anemia defisiensi besi yang tercantum pada Riskasdes 2018 kian meningkat signifikan, prevalensi Anemia di Indonesia usia 1-4 tahun sekitar 38,5%, usia 5-14 tahun sekitar 26,8% dan 15-24 tahun 32%.

Hal inilah yang harus diperhatikan, anemia di satu masa periode anak bisa juga berkaitan dengan stunting jika tidak ditangani cepat. Menurut rekomendasi Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp. A(K), pengidap anemia yang memiliki anak, dianjurkan untuk selalu check anak pada usia 3 bulan atau usia 6 bulan. Karena akan sangat berisiko jika tidak ditangani, maka sirkulasi ini akan terus berjalan. 

Perlu diketahui, salah satu faktor rentan ADB pada anak di antara usia 6-23 bulan. Pemerintah dan berbagai lembaga kesehatan telah berupaya untuk mengatasi masalah ini, namun angka prevalensi ADB yang tinggi menunjukkan bahwa upaya tersebut masih perlu ditingkatkan.

Baca Juga: Anemia Bisa Hambat Tumbuh Kembang Anak, Gimana Cara Terbaik Mencegahnya?

Nah, salah satu cara untuk mengatasi anemia defisiensi besi adalah dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi. Berikut ini adalah rekomendasi makanan menurut Dr. Rini yang dapat membantu meningkatkan kadar zat besi dalam tubuhmu:

Makanan Sumber Zat Besi Hem (Heme Iron)

Zat besi jenis hem ditemukan dalam produk hewani dan lebih mudah diserap oleh tubuh. Beberapa makanan yang kaya akan zat besi hem meliputi:

Daging Merah dan Unggas: Daging sapi, kambing, domba, sapi muda dan untuk Unggas bisa dengan ayam, itik, dan burung merupakan sumber zat besi yang sangat baik.

Hati: Hati sapi dan ayam mengandung kadar zat besi yang sangat tinggi, namun harus dikonsumsi dengan hati-hati karena dapat menyebabkan kadar vitamin A yang berlebihan jika dikonsumsi terlalu banyak.

Baca Juga: Cegah Anemia Pada Anak, Pastikan Beri Asupan Gizi Seimbang untuk Maksimalkan Tumbuh Kembang Sang Buah Hati

Seafood: Seperti ikan seperti tuna, salmon, dan sarden juga mengandung zat besi dalam jumlah yang baik.

Makanan Sumber Zat Besi Non-Hem (Non-Heme Iron)

Zat besi non-hem ditemukan dalam makanan nabati dan meskipun penyerapan tubuh terhadapnya tidak seefisien zat besi hem.

Sayuran Berdaun Hijau: Bayam, kale, sawi, dan brokoli kaya akan zat besi. Untuk meningkatkan penyerapan zat besi, konsumsi sayuran hijau ini bersama dengan sumber vitamin C.

Legum: Kacang-kacangan seperti kacang merah, kacang hitam, lentil, dan chickpea (kacang arab) merupakan sumber zat besi yang baik.

Tahu dan Tempe: Kedua produk kedelai ini mengandung zat besi yang cukup tinggi.

Biji-bijian dan Kacang-kacangan: Almond, biji labu, biji wijen, kacang mete, pistachio, biji bunga matahari, biji labu, biji rami adalah makanan yang juga mengandung zat besi dalam jumlah cukup tinggi.

Baca Juga: 7 Jenis Makanan yang Bikin Cepat Tua, Hindari Kalau Ingin Terlihat Awet Muda!

Makanan Kaya Vitamin C

Vitamin C, dapat membantu penyerapan zat besi, terutama yang bentuknya non-heme dan membantu penyimpanannya di dalam bentuk yang dapat dengan mudah diserap oleh tubuh. Beberapa makanan yang kaya vitamin C adalah:

Jeruk dan Buah Sitrun: Jeruk, lemon, dan lime adalah sumber vitamin C yang sangat baik.

Paprika: Salah satu sumber yang penuh zat besi.

Strawberry dan Kiwi: Buah-buahan ini juga mengandung banyak vitamin C.

Tomat dan Brokoli: Tomat matang dan brokoli juga kaya akan vitamin C yang membantu penyerapan zat besi.

Baca Juga: 7 Makanan yang Dapat Membantu Mengurangi Stres dan Kecemasan

Makanan yang Harus Dihindari

Hindari konsumsi makanan penghambat zat besi Zat yang bisa menghambat penyerapan zat besi disebut dengan inhibitors, diantaranya yaitu asam fitat, tanin/polifenol, kalsium, dan asam oksalat.

Berikut sumbernya:

Asam fitat: biji-bijian, kacang-kacangan, polong-polongan, sereal, kedelai

Tanin/polifenol: teh, kopi, kacang-kacangan, kakao, sayuran

Kalsium: susu, kasien, whey, protein, kedelai, produk terfortifikasi kalsium

Asam okalat: bayam, buncis, kacang-kacangan

Baca Juga: 6 Makanan Kaya Kalium yang Baik untuk Mengontrol Tekanan Darah

Peran zat besi sangat penting untuk tumbuh kembang anak. Karena zat besi inilah yang dapat menguatkan nutrisi yang diperlukan dari simpatis pada tubuh, pembentukkan hormon, metabolisme seluler, respirasi mitokondira, sintesis DNA.

Hal inilah yang akan berguna untuk melakukan transfer oksigen, penyimpanan oksigen, penggunaan oksigen, dan besi itu berguna untuk transfer oksigen, dan ini terkandung pada sitokrom, enzim heme & non-heme, kluster besi-sulfur, neurotransmimter. Karena pada zat besi ini mengandung 80% hemoglobin darah.

Jika anak sudah mengalami ADB dapat dipastikan cadangan besinya kurang. Dan dapat mempengaruhi hormon pertumbuhan, hormon pertumbuhan yaitu berkaitan dengan penambahan tinggi badan. 

Kemudian, peran lain zat besi berguna untuk perkembangan susunan saraf pusat. Pada penelitian yang ada, bila dilihat organ tubuh kita, yaitu otak. Otak akan terbentuk ketika di kehamilan trimester 1.

Baca Juga: 9 Jenis Makanan Penurun Gula Darah, Ampuh Kelola Diabetes!

Karena besi itu merupakan bagian dari mikrooktrenc jika kekurangan besi maka bagian yang paling penting sebenarnya adalah terhambatnya perkembangan kognitif. Kognitif yaitu bisa dinilai melalui kecerdasannya. 

Mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi, baik yang berasal dari sumber hewani (heme iron) maupun nabati (non-heme iron), sangat penting untuk mengatasi dan mencegah anemia defisiensi besi. Jika Anda mengalami gejala anemia atau memiliki risiko kekurangan zat besi, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi guna mendapatkan rekomendasi yang sesuai dengan kebutuhan.