Mendiang ayah Andy memintanya untuk tetap tinggal, dan menjaga sang ibu. Andy yang begitu ingin menonton pertandingan tinju lantaran sudah memiliki tiket, bersikukuh untuk tetap pergi. Ia justru marah dengan sikap sang ayah yang melarangnya saat itu.
“Ayahku bilang, “Kamu gak boleh pergi. Jaga ibumu”. Aku bilang,” jaga ibuku. Kenapa? Aku bilang gitu kan. Kemudian aku marah. Aku bilang, "enggak, aku akan pergi". Karena aku udah punya tiketnya dikasih sama orang. Akhirnya dia ngelarang, aku tetap mau pergi. Mau apa? Aku bilang gitu kan. Terus aku bilang sama ibuku, aku akan pergi,” tuturnya.
Setelah mendapat izin dari ibunya, Andy pun segera bergegas dan menghiraukan larangan sang ayah. Hal yang tak diinginkan pun terjadi. Baru beberapa langkah keluar dari rumah, Andy mendengar teriakan sang ibu hingga membuatnya bergegas masuk.
Baca Juga: Perjalanan Hidup Andy F Noya: Miskin dan Dropout, Kini Jadi Jurnalis Kondang tanpa Ijazah Sarjana
Dilihatnya, sang ayah sudah jatuh tersungkur. Bergegas Andy memeluk sang ayah, diberi nafas buatan, hingga melakukan berbagai cara sebagai bentuk pertolongan pertama. Namun, yang ia dapati, ayahnya sudah tak sadarkan diri. Sang ayah meninggal dunia dalam pangkuan Andy F Noya.
“Ayahku di detik-detik terakhir, kayaknya gak mengatakan sesuatu, tidak ada suara yang keluar. Dia meninggal di pangkuanku. Ini penyesalan yang tidak pernah bisa aku perbaiki. Tidak pernah bisa. Dan kalau jarum jam putar ulang, aku ingin tidak berangkat hari itu. Apalah artinya tinju itu dibandingkan dengan perpisahanku yang seperti itu dengan ayahku,” ceritanya sembari mengenang.
Pesan moral yang ingin disampaikan Andy dari kejadian pelik yang pernah dialaminya adalah cintailah orang tua selagi masih ada. Tunjukkan rasa cinta ketika mereka masih bernyawa.