Setiap manusia pasti pernah merasakan penyesalan dalam hidup. Ada yang ringan dan mudah dilupakan, tetapi ada pula yang membekas seumur hidup. Begitu pun yang dialami oleh Andy Flores Noya atau yang karib dikenal dengan nama Andy F Noya.

Jurnalis senior kenamaan itu mengungkap, ada satu penyesalan terbesar yang terus menghantuinya hingga kini. Sebuah penyesalan yang tak bisa diperbaiki, tak peduli seberapa besar keinginannya. Di mana tak lain adalah saat Andy harus kehilangan sosok ayahnya untuk selama-lamanya.

“Ada satu penyesalan yang dalam sekali yang sampai hari ini aku gak bisa perbaiki. Apa itu ketika ayahku meninggal dalam pelukanku,” ujar Andy  Noya seperti Olenka kutip, Minggu (9/3/2025).

Andy mengungkap, sang ayah adalah sosok yang hebat. Lebih dari sekadar hubungan orang tua dan anak, Andy menganggap sang ayah laiknya sahabat sendiri. Sang ayah adalah anutan dalam hidupnya yang diidolakan Andy sejak dulu. Guraunya, hanya saja sang ayah terlahir sebagai orang yang kurang mampu.

Baca Juga: Kisah Andy F Noya Berkarier hingga Jadi Pemimpin Redaksi Tanpa Modal Ijazah Sarjana

Memiliki hubungan baik dengan sang ayah, Andy justru menyesali hari kematian idolanya itu. Ada satu momen kurang menyenangkan sebelum sang ayah meninggal dunia, di mana Andy mengaku sempat marah lantaran dilarang pergi untuk menonton pertandingan tinju kesukaannya.

“Jadi orang ini gak pernah marah, orang ini selalu tertawa, selalu menyenangkan. Sampai satu hari, aku ingin nonton tinju. Waktu itu sarung tinju emas di Jayapura ini kejadiannya. Tapi hari itu ayahku melarang. Dia bilang, ‘kamu gak boleh pergi’. Aku bingung, ayahku orang yang gak pernah ngelarang aku pergi,” cerita Andy.

Mendiang ayah Andy memintanya untuk tetap tinggal, dan menjaga sang ibu. Andy yang begitu ingin menonton pertandingan tinju lantaran sudah memiliki tiket, bersikukuh untuk tetap pergi. Ia justru marah dengan sikap sang ayah yang melarangnya saat itu.

“Ayahku bilang, “Kamu gak boleh pergi. Jaga ibumu”. Aku bilang,” jaga ibuku. Kenapa? Aku bilang gitu kan. Kemudian aku marah. Aku bilang, "enggak, aku akan pergi". Karena aku udah punya tiketnya dikasih sama orang. Akhirnya dia ngelarang, aku tetap mau pergi. Mau apa? Aku bilang gitu kan. Terus aku bilang sama ibuku, aku akan pergi,” tuturnya.

Setelah mendapat izin dari ibunya, Andy pun segera bergegas dan menghiraukan larangan sang ayah. Hal yang tak diinginkan pun terjadi. Baru beberapa langkah keluar dari rumah, Andy mendengar teriakan sang ibu hingga membuatnya bergegas masuk.

Baca Juga: Perjalanan Hidup Andy F Noya: Miskin dan Dropout, Kini Jadi Jurnalis Kondang tanpa Ijazah Sarjana

Dilihatnya, sang ayah sudah jatuh tersungkur. Bergegas Andy memeluk sang ayah, diberi nafas buatan, hingga melakukan berbagai cara sebagai bentuk pertolongan pertama. Namun, yang ia dapati, ayahnya sudah tak sadarkan diri. Sang ayah meninggal dunia dalam pangkuan Andy F Noya.

“Ayahku di detik-detik terakhir, kayaknya gak mengatakan sesuatu, tidak ada suara yang keluar. Dia meninggal di pangkuanku.  Ini penyesalan yang tidak pernah bisa aku perbaiki. Tidak pernah bisa. Dan kalau jarum jam putar ulang, aku ingin tidak berangkat hari itu. Apalah artinya tinju itu dibandingkan dengan perpisahanku yang seperti itu dengan ayahku,” ceritanya sembari mengenang.

Pesan moral yang ingin disampaikan Andy dari kejadian pelik yang pernah dialaminya adalah cintailah orang tua selagi masih ada. Tunjukkan rasa cinta ketika mereka masih bernyawa. 

“Jangan take it for granted bahwa toh dia masih lama umurnya. Take it for granted, toh dia tahu bahwa aku mencintai dia atau kedua orang tua. Jangan. Sering-sering ucapkan bahwa kalian sayang orang tua,” pinta Andy.

“Kalau ada waktu untuk memeluk orang tuamu, peluklah orang tuamu. Tunjukkan. Karena aku selalu bilang, penyesalan yang aku rasakan hari ini itu gak bisa selesai, dan itu mengganggu,” sambungnya.

Penyesalan tiada gunanya jika mereka sudah tiada. Andy menilai, percuma menabur satu truk bunga di atas pusara orang tua sebagai bentuk permintaan maafmu jika kamu melakukan kesalahan atau tidak menunjukkan cintamu pada orang tua ketika mereka hidup. 

“Percuma. Mereka tidak lagi merasakan. Percuma banjir air mata di atas pusara orang tuamu ketika mereka sedih ada,” kata Andy.

Oleh karena itu, jauh lebih berarti jika kita menunjukkan kasih sayang kepada mereka ketika mereka masih hidup, meskipun terkadang kita mungkin merasa marah atau kecewa terhadap mereka.

Baca Juga: Kisah Andy F. Noya Bertahan Hidup Semasa Kuliah: Aku Memilih Menahan Lapar

“Aku yakin, seyakin-yakinnya, kasih orang tua itu kasih yang sejati. Cuma mungkin orang tua sedang dalam tekanan, sehingga mengucapkan kata-kata yang kasar, tindakan yang kasar sama kita. Tapi cinta mereka itu tidak terukur,” imbuhnya.

Sebagai bentuk refleksi, Andy kini berusaha untuk selalu menunjukkan kasih sayang kepada keluarganya. Ia memastikan bahwa setiap momen perpisahan, sekecil apa pun, diisi dengan ungkapan cinta, seperti pelukan atau kata-kata sayang. 

Sebab, tidak ada yang tahu kapan pertemuan terakhir akan terjadi. Dengan begitu, ketika seseorang yang kita cintai pergi untuk selama-lamanya, yang tersisa adalah kenangan indah, bukan penyesalan.

“Biarkan kenangan indah itu, melekat menjadi kenangan indah kita, ketika orang-orang yang kita cintai pergi untuk selama-lamanya,” tukasnya.