Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,05% (yoy) pada Triwulan II-2024, melampaui negara seperti China, Singapura, dan Korea Selatan. Berdasarkan data Kementerian Keuangan selama 10 tahun ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia secara kumulatif berada pada angka 5 persen. Ke depan, meski proyeksi IMF memperkirakan stagnasi pertumbuhan ekonomi global pada 2025 pada angka 3,2% dan inflasi 4,5%, Indonesia optimistis mencapai target 5,1-5,5%.
Namun, Indonesia perlu mengatasi tantangan seperti Middle Income Trap yang mengancam sejumlah negara. Tantangan eksternal, seperti perlambatan ekonomi global dan ketegangan geopolitik, juga harus diantisipasi karena dapat memengaruhi investasi dan pertumbuhan. Pemerintahan baru diharapkan mendorong transformasi ekonomi berbasis hilirisasi, inovasi, dan pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan agar Indonesia dapat keluar dari jebakan Middle Income Trap dan mencapai status sebagai negara berpendapatan tinggi.
Baca Juga: Danamon Optimalkan Strategi Investasi dan Keuangan di Tengah Dinamika Ekonomi Akhir 2024
Terkait dengan hal tersebut, Rumah Kebangsaan melalui program Arifin Panigoro Dialog mengangkat tema "Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Nasional untuk Pembangunan Berkelanjutan". Tema ini dipilih karena ingin melihat Kegiatan APD diselenggarakan pada 18 Desember 2024 dengan pembicara Suahasil Nazara (Wakil Menteri Keuangan RI), Ferry Irawan (Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan dan Pengembangan Usaha BUMN Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian), dan Destry Damayanti (Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia 2024-2029).
Kegiatan AP Dialog yang digelar oleh Rumah Kebangsaan bersama dengan Medco Foundation dan didukung oleh Kompas dibuka secara resmi oleh Erika Widyaningsih. Acara tersebut dihadiri sejumlah tokoh, antara lain Hilmi Panigoro, Sofyan Djalil, Aviliani, dan Teten Masduki. Diskusi ini juga diikuti oleh perwakilan pimpinan perusahaan baik swasta maupun BUMN, ekonom, akademisi, lembaga keuangan, organisasi masyarakat membahas proyeksi dan strategi ekonomi Indonesia ke depan.
Acara dibuka dengan paparan Suhasil Nazara selaku Wakil Menteri Keuangan yang menyampaikan optimisme terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Secara garis besar, ekonomi kita tetap mampu tumbuh di angka 5%. Tingkat inflasi juga tetap terjaga dan stabil," ungkapnya.
Ia juga menyoroti bahwa penerimaan pajak penghasilan (PPh) meningkat sebesar 20% year-on-year yang menunjukkan aktivitas usaha masih berjalan dengan baik dibandingkan tahun sebelumnya. Suhasil menegaskan pentingnya menjaga stabilitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), inflasi, serta pertumbuhan ekonomi di tengah tantangan global.
Destry Damayanti selaku Gubernur BI Senior, dalam paparannya, memberikan analisis terkait dinamika keuangan global. Ia menyoroti dampak kebijakan ekonomi Amerika Serikat, termasuk perang tarif yang memengaruhi Cina, Eropa, dan Indonesia. "Kebijakan baru terkait migrasi dan suku bunga mungkin akan melambat ke depannya," jelasnya.
Selain itu, ia menyoroti defisit fiskal Amerika yang meningkat menjadi 6-8% dari PDB, yang diperkirakan memengaruhi stabilitas suku bunga global. Dalam konteks domestik, ia menekankan perlunya langkah-langkah stimulasi dari Bank Indonesia, seperti penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) bagi bank yang menyalurkan kredit ke sektor-sektor prioritas, termasuk yang menyerap tenaga kerja besar.
Dilanjutkan dengan presentasi dari Ferry Irawan yang menyoroti target pertumbuhan ekonomi 8% pada era pemerintahan Presiden Prabowo. Menurutnya, angka tersebut pernah dicapai pada tahun 1998, dan untuk mencapainya kembali diperlukan strategi yang terarah.
"Konsumsi masyarakat harus tetap dijaga di kisaran 5-6%. Selain itu, kita harus mendorong ekspor dan mengembangkan sektor-sektor strategis seperti industri, manufaktur, hilirisasi, pariwisata, perumahan, dan semikonduktor," jelas Ferry. Ia juga menekankan perlunya koordinasi dengan Kementerian Keuangan untuk revitalisasi industri padat karya demi mendukung pertumbuhan ekonomi.
Sebagai penutup, Ferry menyampaikan optimisme bahwa target pertumbuhan ekonomi 8% dapat tercapai. Sementara, Destry mengingatkan masyarakat untuk tidak memborong dolar demi menjaga stabilitas rupiah, sedangkan Suhasil menegaskan pentingnya APBN yang sehat guna memastikan keberlangsungan ekonomi nasional.