"Saya tanya, kerjanya sudah berapa lama di kereta api? Sudah 24 tahun, waktu itu umurnya 45, anaknya tiga, penghasilannya berapa? Rp2.750.000 sebulan tahun 2009. Kepala Stasiun Gambir kalau terimanya hanya Rp2.750.000 sebulan di tahun 2009 pasti stasiunnya hancur, enggak mungkin cukup. Saya bilang, oke kita perbaiki. Ini contoh, tapi saya perbaiki semua," tambahnya.
Jonan pun melakukan berbagai strategi untuk memperbaiki keuangan KAI saat itu. Ia pun mencoba untuk mengajukan dan mengubah tunjangan kinerja. Sebab, gaji pokok saat itu tidak bisa diubah lantaran mengikuti ketentuan gaji ASN.
Strategi yang dijalani Jonan selama kurang lebih satu tanpa meminta uang tambahan dari negara, membuahkan hasil. Alhasil, Jonan mampu meningkatkan pendapatan seluruh karyawan KAI hingga 400%.
"Total manpower cost KA sejak saya masuk sampai berhenti, ebam tahun anggaran naiknya 400%. Saya waktu mengajukan, mengubah tunjangan kinerja segala macam karena gapok (gaji pokok) tidak bisa diubah, karena ikut ASN kan. Bu Menteri juga waktu itu periode 1, enggak setuju pak," kata Jonan.
"Saya bilang gini deh, kan saya enggak minta kerjaan ini, kamu kasih saya setahun dong pakai cara saya kalau gagal pecat saya'. 'Oke, tapi enggak boleh minta tambahan uang dari negara'. 'Oke saya enggak minta'," sambungnya.
Jonan mengungkap, bahwa di akhir masa jabatannya take home pay Kepala Stasiun Gambir yang semula hanya Rp2.750.000 naik menjadi Rp27.000.000 per bulan.
"Pakai cara saya, eh ternyata bisa. Jadi, waktu saya pergi di tahun keenam itu take home pay-nya Kepala Stasiun Gambir dari Rp2.750.000 naik jadi Rp27 juta," pungkasnya.