4. ⁠Inyiak Upiak Palatiang

Inyiak Upiak Palatiang merupakan seorang pandeka (pendekar) perempuan silat Minang yang menguasai aliran silek gunuang (silat gunung), salah satu aliran silat dengan tiga jurus dasar, yaitu tangkok (tangkap), piuah (pelintir), dan gelek (mengelak). Sudah ratusan syair yang lahir dari imajinasinya.

Inyiak merupakan satu-satunya pendekar wanita dari berbagai aliran silat tua yang hadir saat itu. Bersama anak dan cucunya, Inyiak tampil memukau memperagakan jurus demi jurus silek gunuang. Silat merupakan salah satu jenis tradisi Minang yang banyak diminati masyarakat.

Baca Juga: Dari Veronica Tan hingga Sri Mulyani, Ini Deretan Perempuan Calon Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Melansir dari laman resmi silatindonesia.com tahun 2003, silat adalah ajang untuk silaturahmi memperkokoh persaudaraan dan persatuan sekaligus sarana mendekatkan diri pada Tuhan. Inyiak mengatakan, sejatinya silat bukan untuk membunuh orang melainkan membunuh sifat-sifat buruk seseorang, seperti busuk hati, dengki, buruk sangka, dan sok jagoan.

5. ⁠Rahmah Al-Yunusiah

Rahmah El-Yunusiyyah adalah tokoh pendidikan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Perempuan asal Sumatra Barat ini memiliki tekad untuk bergerak memajukan pendidikan putri didorong oleh keyakinan bahwa terdapat masalah-masalah dalam kehidupan kaum perempuan, yang penyelesaiannya hanya dapat diberikan oleh perempuan. Untuk memperkuat minatnya itu, Rahmah menimba ilmu kepada ulama-ulama pembaharu.

Mengutip dari Ensiklopedia Sejarah Indonesia, Rahmah bahkan membantu kaum ibu-ibu yang belum pandai tulis baca dengan membuka sekolah “Menyesal School”. Sekolah ini terpaksa dihentikan setelah terjadi gempa Padang Panjang (1926) yang merobohkan bangunan sekolah.

Baca Juga: Keren! 35 UMKM Perempuan Menangkan SisBerdaya dan DisBerdaya 2024, Berhasil Ciptakan Produk Kreatif dan Unggulan

Rahmah lebih mencurahkan perhatiannya bagi murid-murid Diniyah Putri yang semakin bertambah banyak, dan melakukan penggalangan dana ke berbagai daerah sampai ke Sumatra Utara, Aceh, Semenanjung Melayu untuk pembangunan perguruannya.

Kelima perempuan pejuang di atas adalah bukti nyata bahwa gerakan, ide, serta partisipasi kaum hawa sudah ada sejak masa lampau, datang dari berbagai sudut Nusantara, termasuk Sumatra Barat.