Di tengah perjuangan yang kerap dihadapi oleh perempuan Indonesia, tantangan bagi kaum mereka telah menjadi bagian utuh dari sejarah dan perkembangan sosial. Sejak zaman dahulu, perempuan telah berdiri di garis depan, berjuang untuk hak-hak mereka dan menuntut keadilan dalam masyarakat yang seringkali tidak adil.

Menilik lebih lanjut, perjuangan perempuan Indonesia amat berkesan bila ditengok kembali sejarahnya, termasuk di daerah Sumatra Barat. Wilayah yang dijuluki sebagai "Tanah Minang," ini mencerminkan kekayaan budaya, sejarah, dan tradisi masyarakatnya. 

Dengan mengulas kembali kisah pejuang perempuan asal Sumatra Barat, maka mampu membuka mata betapa pentingnya mereka dalam sejarah dan perkembangan masyarakat.

Olenka telah melansir dari berbagai sumber pada Selasa (15/10/2024), berikut 5 tokoh perempuan inspiratif yang tidak hanya dikenal karena prestasinya, tetapi juga karena dedikasinya dalam memperjuangkan hak dan pendidikan bagi perempuan. 

1. Rasuna Said

Mengutip dari laman resmi National Geographic Indonesia, Rasuna Said adalah seorang perempuan bangsawan Sumatra Barat berpredikat rangkayo. Nama lengkapnya adalah Hajjah Rangkayo Rasuna Said.

Perempuan asal Sumatra Barat ini memulai perjuanganannya dengan bergabung dalam Sarekat Rakyat tahun 1926. Pada masa pendudukan Belanda hingga Jepang, Dirinya aktif mengikuti berbagai organisasi.

Baca Juga: 5 Tokoh Perempuan Tangguh Asal Aceh yang Mengukir Sejarah

Baca Juga: 10 Tokoh Perempuan di Dunia Bisnis Indonesia, Siapa Role Model Kamu?

Rasuna Said memiliki latar belakang keluarga yang berasal dari kalangan ulama dan pengusaha terpandang. Faktor lingkungan yang sarat dengan adat Minang dan agama Islam, memengaruhi kepribadiannya sehingga tumbuh menjadi perempuan berkemauan keras, tegas, dan taat pada syariat Islam.

Pemikiran Rasuna mengenai kemerdekaan mulai dibentuk sejak dia bergabung dengan Sekolah Thawalib di Maninjau. Sekolah Thawalib sendiri didirikan oleh gerakan Sumatra Thawalib yang dipengaruhi oleh pemikiran Mustafa Kemal Ataturk, tokoh nasionalis-Islam dari Turki.

2. ⁠Rohana Kudus

Rohana Kudus merupakan pejuang perempuan yang dikenal brilian, cerdas, dan tangguh. Bahkan, bakat alamiahnya sudah muncul sejak usia dini. Melalui kejeniusannya itu, ia memperjuangkan hak perempuan lewat pengajaran dan pengetahuan.

Perjalanan masa kecilnya mengesankan, maka tak heran di usia remaja hingga akhir hayatnya, Rohana Kudus mencatatkan sejumlah pencapaian gemilang. Utamanya bagi bangkitnya jiwa perempuan maju.

Di usianya yang ke 6 hingga 10 tahun, ia membuka sekolah terbuka untuk anak-anak. Orang-orang menyebutnya "buk guru kecik" (bu guru cilik).

Terkadang Rohana membacakan cerita-cerita di surat kabar, mengaji Al Qur'an, masak-masak, hingga jahit-menjahit. Saat dewasa, ia dikenal menjadi jurnalis ulung seperti ayahnya. Tulisannya di surat kabar Soenting Melajoe berhasil mendobrak stigma negatif kaum perempuan di zamannya dan menyelamatkan martabat perempuan sampai hari ini.

3. ⁠Siti Manggopoh

Siti Manggopoh merupakan pejuang perempuan yang lahir di sebuah desa kecil dan terpencil yang ada di wilayah Lubuk Basung, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Desa tersebut bernama Manggopoh, yang kemudian menjadi nama yang disematkan pada Siti Manggopoh, karena pada awalnya ia hanya bernama Siti.

Baca Juga: Deretan Tokoh Perempuan Pemimpin di Perusahaan Indonesia

Siti Manggopoh mempunyai peran penting dalam perlawanan melawan penjajah di tanah kelahirannya. Ia merupakan sosok yang sangat benci dengan perlakuan Belanda terhadap rakyat Indonesia, khususnya perlakuan Belanda terhadap penduduk Minang.

Puncak kebenciannya terhadap Belanda terjadi ketika rakyat negeri kincir angin itu menerapkan peraturan pajak di tanah Minangkabau pada awal Maret 1908 M, sebagai pengganti peraturan tanam paksa terhadap rakyat.

4. ⁠Inyiak Upiak Palatiang

Inyiak Upiak Palatiang merupakan seorang pandeka (pendekar) perempuan silat Minang yang menguasai aliran silek gunuang (silat gunung), salah satu aliran silat dengan tiga jurus dasar, yaitu tangkok (tangkap), piuah (pelintir), dan gelek (mengelak). Sudah ratusan syair yang lahir dari imajinasinya.

Inyiak merupakan satu-satunya pendekar wanita dari berbagai aliran silat tua yang hadir saat itu. Bersama anak dan cucunya, Inyiak tampil memukau memperagakan jurus demi jurus silek gunuang. Silat merupakan salah satu jenis tradisi Minang yang banyak diminati masyarakat.

Baca Juga: Dari Veronica Tan hingga Sri Mulyani, Ini Deretan Perempuan Calon Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Melansir dari laman resmi silatindonesia.com tahun 2003, silat adalah ajang untuk silaturahmi memperkokoh persaudaraan dan persatuan sekaligus sarana mendekatkan diri pada Tuhan. Inyiak mengatakan, sejatinya silat bukan untuk membunuh orang melainkan membunuh sifat-sifat buruk seseorang, seperti busuk hati, dengki, buruk sangka, dan sok jagoan.

5. ⁠Rahmah Al-Yunusiah

Rahmah El-Yunusiyyah adalah tokoh pendidikan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Perempuan asal Sumatra Barat ini memiliki tekad untuk bergerak memajukan pendidikan putri didorong oleh keyakinan bahwa terdapat masalah-masalah dalam kehidupan kaum perempuan, yang penyelesaiannya hanya dapat diberikan oleh perempuan. Untuk memperkuat minatnya itu, Rahmah menimba ilmu kepada ulama-ulama pembaharu.

Mengutip dari Ensiklopedia Sejarah Indonesia, Rahmah bahkan membantu kaum ibu-ibu yang belum pandai tulis baca dengan membuka sekolah “Menyesal School”. Sekolah ini terpaksa dihentikan setelah terjadi gempa Padang Panjang (1926) yang merobohkan bangunan sekolah.

Baca Juga: Keren! 35 UMKM Perempuan Menangkan SisBerdaya dan DisBerdaya 2024, Berhasil Ciptakan Produk Kreatif dan Unggulan

Rahmah lebih mencurahkan perhatiannya bagi murid-murid Diniyah Putri yang semakin bertambah banyak, dan melakukan penggalangan dana ke berbagai daerah sampai ke Sumatra Utara, Aceh, Semenanjung Melayu untuk pembangunan perguruannya.

Kelima perempuan pejuang di atas adalah bukti nyata bahwa gerakan, ide, serta partisipasi kaum hawa sudah ada sejak masa lampau, datang dari berbagai sudut Nusantara, termasuk Sumatra Barat.